WARTA SAMBAS – Vape atau rokok elektrik yang kali pertama beredar di pasaran pada akhir 2000 diyakini sebagai alternatif yang lebih aman dari pada rokok tembakau. Tetapi sekarang, bukti menunjukkan sebaliknya.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) telah menghitung hampir 3.000 kasus penyakit paru-paru terkait mengisap vape atau vaping baru yang dikenal sebagai EVALI (cedera paru-paru terkait penggunaan produk).
Dalam statistik yang dikumpulkan 29 negara bagian, badan tersebut telah mencatat 68 kematian. Dan kemudian ada potensi kebiasaan tersebut memperburuk gejala Covid-19, berpotensi menyebabkan kasus yang parah dan meningkatkan risiko kematian akibat virus corona baru.
Vaping itu mematikan. Itu juga membuat ketagihan. Vaping dengan JUUL bisa sama berbahayanya dengan menghisap sebungkus rokok sehari.
Baca Juga: Berdamai dengan Diri Sendiri Kunci Kesehatan Mental Kamu, Ini Lima Cara Lakukannya
Saat vaping, Anda menghirup cairan (atau e-juice) dari kartrid yang terpasang ke perangkat vape. Selain nikotin, cairan itu bisa mengandung puluhan bahan kimia dan perasa lainnya.
Menurut Ahli Bedah AS, Anak-anak dan remaja sangat tertarik dengan vape, sebagian berkat rasa yang menarik seperti permen karet, mangga, dan mint. Penggunaan vape pada siswa sekolah menengah meningkat 900 persen antara 2011 dan 2015.
Berhenti vaping bisa jadi sulit, sama seperti mencoba berhenti merokok. Dan meskipun berhenti bisa membebani tubuh.
Anda sebagian besar akan mulai mendapat manfaat segera setelah Anda membuat keputusan untuk menghentikan kebiasaan itu.