Anak Berusia di Atas Dua Tahun Tidak Diberi Asupan Susu, Ini Penjelasan Pakar Laktasi

- 29 Januari 2023, 21:51 WIB
ILUSTRASI Susu
ILUSTRASI Susu /PIXABAY / Couleur/

WARTA SAMBAS – Konsultan Laktasi Utami Roesli menganjurkan agar anak di atas usia dua tahun tidak lagi diberi asupan susu.

"Sampai usia dua tahun memang diperlukan makanan cair. Kalau sudah mendapatkan ASI sampai dua tahun, kenapa ribut-ribut usia dua tahun ke atas perlu diberi susu formula?," tutur dia di sela "Peluncuran Dokumen Bahaya Terselubung Makanan Ultra Proses" via daring.

Menurut Utami, susu formula mengandung gula tinggi sehingga ketimbang menambahkan susu formula, ibu bisa tetap memberikan ASI pada anak mereka apabila masih memungkinkan.

Baca Juga: Operasi Plastik Hingga 100 Kali, Gadis asal China Mengaku Menyesal

Hasil temuan dari Helen Keller Indonesia (HKI) setelah menganalisis 100 susu pertumbuhan yang beredar di Indonesia pada Januari 2017-Mei 2019 memperlihatkan sebanyak 98 persen susu pertumbuhan mengandung satu atau lebih gula tambahan atau pemanis.

Sukrosa, laktosa, turunan madu, fruktooligosakarida, galaktooligosakarida, dan sirup glukosa padat merupakan enam jenis gula yang paling umum ditambahkan pada susu pertumbuhan dan ditambahkan pada hampir seperempat sampai tiga perempat dari produk tersebut.

Lebih dari tiga perempat atau 77 persen susu pertumbuhan mengandung sukrosa. Bahkan, kebanyakan susu pertumbuhan mengandung antara 1-10 gula tambahan untuk menambah rasa manis pada produk dan rata-rata mengandung 5 gula tambahan yang berbeda.

Susu pertumbuhan mengacu pada susu batita dan produk serupa lainnya yang ditujukan untuk anak usia 1-3 tahun meliputi minuman (baik dalam bentuk cair maupun bubuk untuk dilarutkan) yang berbahan dasar susu sapi, dengan atau tanpa modifikasi komposisi atau kandungan protein dan suplementasi asam lemak, mikronutrien atau zat lain yang berpotensi memberikan efek gizi, seperti probiotik, prebiotik atau simbiotik.

"Susu pertumbuhan beredar di Indonesia berdasarkan Model Nutrient Profiling dari Food Standars Agency (FFA) Inggris termasuk kategori tidak sehat dengan kandungan gula tinggi," kata dr. Dian Nurcahyati Hadihardjono dari HKI.

Halaman:

Editor: Y. Dody Luber Anton


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x