Network
WARTA SAMBAS – Kapuas Hulu, kabupaten paling ujung di Provinsi Kalimantan Barat, setiap tahun kekurangan 3 ribu ton beras. Selain karena bertani masih menjadi pekerjaan sampingan, pola tanam padinya juga satu kali panen per tahun.
"Untuk mengembangkan potensi pertanian memang tidak mudah, terutama untuk mengubah pola pikir masyarakat," kata Abdul Samad, Kepala Bidang (Kabid) Penyuluhan Pertanian, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kapuas Hulu, seperti dikutip WARTA SAMBAS dari ANTARA, Minggu 20 Juni 2021.
Abdul Samad mengatakan, sampai saat ini masyarakat Kapuas Hulu menjadikan bertani itu sebagai pekerjaan sampingan, mereka memiliki pekerjaan utama lainnya.
Adapun masyarakat Kapuas Hulu yang memilih menjadi petani, lanjut dia, rata-rata masih menggunakan pola kearifan lokal, yaitu berladang. Sehingga masa panennya hanya satu tahun sekali.
Baca Juga: Kecamatan Kalis dan Mentebah di Kapuas Hulu Banjir Hingga Setinggi 70 Sentimeter
Saat ini, ungkap Abdul Samad, hanya beberapa kecamatan di Kapuas Hulu yang menerapkan pola bertani sawah dengan menerapkan masa tanam dua hingga tiga kali dalam setahun.
Untuk mengembangkan pertanian, Kapuas Hulu juga dihadapkan pada kekurangan Tenaga Penyuluh Pertanian. Dari 278 desa dan empat kelurahan, hanya terdapat 126 Tenaga Penyuluh Pertanian.
Abdul Samad mengatakan, dari 126 Tenaga Penyuluh Pertanian tersebut, 77 berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN), 21 Honor Daerah, 26 Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dan 1 orang lagi masih diusulkan untuk diangkat menjadi PPPK.
Selain minimnya Tenaga Penyuluh Pertanian tersebut, mereka juga tidak didukung anggaran operasional yang memadai untuk menjangkau wilayah yang luas di Kapuas Hulu.
