Digitalisasi di Asia Tenggara Belum Aman, Ini Penyebabnya

- 6 Januari 2021, 15:46 WIB
ilustrasi kejahatan siber.
ilustrasi kejahatan siber. /Pixabay/pexels.com/@pixabay

WARTA SAMBAS RAYA - Transformasi digital di wilayah Asia Tenggara, yang terjadi akibat pandemi virus corona, diperkirakan akan tetap berlangsung tahun ini, namun, rawan serangan siber.

Dilansir dari Antara, Rabu 6 Januari 2021, perusahaan yang bergerak di keamanan siber, Kaspersky, melihat pengguna internet di Asia Tenggara berjumlah hampir 70 persen dari populasi, atau sekitar 400 juta orang.

Sayangnya, karena keterampilan digital yang tidak merata, faktor manusia menjadi celah yang dimanfaatkan peretas untuk melancarkan serangan siber di wilayah ini. Sepanjang tahun 2020, Kaspersky menekankan serangan terbanyak berupa cryptomining, phishing, ransomware dan DDos.

Baca Juga: 5 Jenis Aplikasi Terpopuler Tahun 2020, Semua Dipangaruhi Pandemi Covid-19

Sementara peretas, mereka memanfaatkan COVID-19 untuk melancarkan serangan termasuk untuk sektor kesehatan.

"Kami tidak melihat ada yang berubah dalam waktu dekat. Orang-orang di wilayah Asia Tenggara akan tetap bersosialisasi dan selalu mencari cara untuk menjadi produktif dengan menggunakan teknologi. Dalam dunia bisnis, kami melihat bahwa pekerjaan jarak jauh akan dilakukan di sebagian besar sektor bahkan setelah pandemi mereda sekalipun. Sekarang adalah waktu untuk merefleksikan pelajaran tahun 2020 dan kami menyarankan perusahaan untuk mulai membuat strategi keamanan jika sebelumnya tidak tersedia, atau merevisi yang sudah ada agar secara efektif dapat beradaptasi dengan lingkungan yang berubah dan sebagai upaya melindungi tenaga kerja," kata General Manager Kaspersky untuk Asia Tenggara, Yeo Siang Tiong, dalam keterangan pers, dikutip Rabu.

Kasperksy melihat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari segi keamanan siber, antara lain digitalisasi, sektor kesehatan dan penggelaran 5G di sejumlah negara.

Baca Juga: WhatsApp Tidak Bisa Beroperasi di Ponsel Jadul

Popularitas bekerja dari rumah, atau work from home, meningkat sejak pandemi. Secara otomatis karyawan membutuhkan jaringan yang aman untuk terhubung ke jaringan kantor mereka, misalnya dengan menggunakan VPN.

Halaman:

Editor: Suryadi

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x