Perempuan Ahli Surga Pengasuh Rasulullah, Kisah Sosok Ummu Aiman

31 Maret 2024, 21:17 WIB
Ilustrasi perempuan ahli surga /Pixabay/3005373 /PIXABAY/3005373

WARTA SAMBAS - Dilansir dari islamstory.com bahwa nama asli Ummu Aiman adalah Barakah binti Tsa’labah bin Amr bin Hishn. Seorang perempuan yang sudah bekerja lama dengan keluarga Abdullah dan Siti Aminah sebelum Rasulullah Saw lahir. Sebuah kemuliaan yang diberikan kepadanya adalah diberi kesempatan merawat Rasulullah sepeninggal ibu dan ayahnya Nabi Muhammad dan menganggap Nabi Muhammad sebagai anaknya sendiri. Ummu Aiman juga merupakan perempuan yang memeluk Islam di awal-awal perjuangan Rasulullah.

Kebersamaan dengan Rasulullah SAW

Di antara peristiwa yang menarik dari kebersamaan Ummu Aiman dengan Nabi Muhammad SAW adalah saat salah seorang putri Nabi Muhammad akan wafat. Nabi Muhammad mendekapnya di dadanya. Kemudian beliau letakkan tangannya pada putrinya. Lalu nyawanya dicabut saat dalam pelukan Rasulullah.

Melihat hal itu, Ummu Aiman menangis. Rasulullah SAW pun bertanya kepada Ummu Aiman, “Wahai Ummu Aiman, apakah kau menangis padahal Rasulullah ada di sisimu?” Ummu Aiman menjawab, “Bagaimana bisa aku tidak menangis sementara Rasulullah menangis.”

Baca Juga: Chord Gitar dan Lirik Lagu Juwita Malam dengan Nada Dasar C, Dipopulerkan Slank

Rasulullah mengatakan, “Sungguh aku menangis (bukan karena musibah) tapi ini adalah kasih sayang.” Beliau melanjutkan, “Setiap saat seorang mukmin dalam kondisi yang baik. Nyawanya terpisah dari badannya sedang dia memuji Allah.” (Sunan an-Nasai, Bab fil Buka’ ‘alal mayyit 1843. Al-Albani mengomentarinya shahih).

Rasulullah lalu memanggil Ummu Aiman dengan “Wahai ibu”. Saat memandang Ummu Aiman, Nabi berkata, “Ini adalah bagian dari keluargaku.”

Meriwayatkan Hadits

Dari Ummu Aiman radhiallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menasihati keluarganya dengan mengatakan,

لا تُشْرِكْ باللهِ شيئًا، و إنْ قُطِّعْتَ و حُرِّقْتَ، و لا تَعْصِ و الدَيْكَ، وإنْ أمرَاكَ أنْ تُخَلِّيَ من أهلِكَ ودُنياكَ فتخلَ، ولا تشربنَ خمرًا فإِنَّها مِفْتَاحُ كلِّ شَرٍّ، ولا تَتْرُكَنَّ صَّلاةَ مُتَعَمِّدًا، فمَنْ فعلَ ذلكَ فقد بَرِئَتْ مِنْهُ ذِمَّةُ رَسُولِه

“Jangan menyekutukan Allah degan sesuatu apapun. Walaupun engkau dibunuh atau dibakar. Jangan durhakai kedua orang tuamu. Jika engkau diperintah untuk memisahkan antara keluarga dan duniamu, lakukanlah. Jangan meminum khamr. Karena khamr itu kunci segala keburukan. Jangan kalian bersengaja meninggalkan shalat. siapa yang melakukan hal itu, maka dia telah melepaskan diri dari perlindungan Rasul-Nya.” (Shahih at-Targhib 571).

Baca Juga: Dipopulerkan oleh Slank, Ini Chord Gitar dan Lirik Lagu Terlalu Manis

Bersama Para Sahabat

Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Orang-orang biasa memberi Nabi kurma, hingga Bani Quraizah dan Bani Nadhir ditaklukkan. Keluargaku menyuruhku untuk menemui Nabi, lalu aku bertanya tentang apa yang orang-orang berikan atau sebagian yang mereka berikan. Pemberian itu sebagiannya diberikan Nabi kepada Ummu Aiman. Ummu Aiman pernah datang dan aku gantungkan baju di leherku. Ia berkata, ‘Jangan. Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang benar kecuali Dia. Beliau tidak memberi kalian karena beliau telah memberiku.” Sementara Nabi mengatakan, “Bagianmu sejumlah ini.” Ummu Aiman berkata, “Tidak demi Allah hingga sepuluh kali lipatnya.” Ini menunjukkan kedekatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan Ummu Aiman.

Suatu hari, setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, Abu Bakar berkata pada Umar, “Mari kita pergi berkunjung ke tempat Ummu Aiman. Sebagaimana dulu Nabi biasa mengunjunginya.” Saat keduanya tiba di sana, terlihat Ummu Aiman sedang menangis. Keduanya berkata, “Apa yang membuatmu menangis? Apa yang ada di sisi Allah lebih baik untuk Rasul-Nya.”

Ummu Aiman berkata, “Aku menangis bukan karena tidak mengetahui yang ada di sisi Allah lebih baik untuk Rasul-Nya. Tapi tangisku itu karena terputusnya wahyu dari langit.” Ucapan Ummu Aiman ini pun membuat Abu Bakar dan Umar terrenyuh. Lalu keduanya menangis bersama Ummu Aiman (Shahih Muslim: Bab Min Fadhail Ummu Aiman radhiallahu ‘anha (6472), 7/144).

Baca Juga: Dibawakan Dygta Feat Gisel, Ini Chord Gitar dan Lirik Lagu Cinta Rahasia dari Album Lucky Seven

Nasihat Ummu Aiman

Ummu Aiman radhiallahu ‘anha mengatakan,

ما رأيت رسول الله شكا صغيرًا ولا كبيرًا جوعًا ولا عطشًا، كان يغدو فيشرب من ماء زمزم، فأعرض عليه الغداء فيقول: لا أريده أنا شبع

“Aku tidak pernah melihat Rasulullah mengeluhkan yang sedikit atau banyak. Saat lapar maupun kenyang. Beliau melewati pagi harinya dengan meminum air zam-zam. Kemudian ditawarkan makanan, beliau berkata, ‘Aku tidak menginginkannya. Aku kenyang’.”

Ummu Aiman berkata di hari terbunuhnya Umar, “Hari ini, Islam menjadi lemah.” (al-Haitsami: Majmu’ az-Zawaid, 9/418).

Ummu Aiman Wafat

Wafatnya Ummu Aiman para sejarawan berbeda pendapat tentang hal ini. Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Ummu Aiman wafat lima bulan setelah wafatnya Nabi. Ada pula yang menyebut enam bulan. Ada yang menyatakan, ia masih hidup setelah terbunuhnya Umar bin al-Khattab.”

Terdapat riwayat dalam Mustadrak al-Hakim, Ummu Aiman, pengasuh Rasulullah, wafat di awal pemerintahan Utsman bin Affan (al-Hakim: al-Mustadrak 4/71).***

Editor: Y. Dody Luber Anton

Tags

Terkini

Terpopuler