Thariq bin Ziyad Membakar Kapalnya ketika Menyerang Spanyol? Ini Penjelasannya

- 31 Maret 2024, 19:14 WIB
Ilustrasi Thariq bin Ziyad
Ilustrasi Thariq bin Ziyad /Youtube Tariq Ibn Ziyad and the Liberation of Spain

Demikianlah penafsiran orang-orang Nasrani Eropa, dan pemahaman mereka ini bisa dimaklumi karena mereka tidak mengetahui janji Allah SWT berdasarkan firman-Nya dalam Q.S. Al-Baqarah : 249 bahwa “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar”.

Keempat, tidak pernah tercatat dalam sejarah peperangan umat Islam, umat Islam merasa kecut berhadapan dengan musuh-musuhnya sehingga mereka butuh motivasi tambahan dengan membakar kapal-kapal mereka. Kaum muslimin berangkat berperang dengan tujuan utama kemenagan atau syahid di jalan Allah.

Kelima, kekalahan dalam peperangan adalah sebuah kemungkinan yang bisa saja terjadi. Oleh karena itu Allah SWT membolehkan pasukan yang berjihad untuk mundur dengan alas an agar bisa bergabung dengan pasukan yang lain berdasarkan firman-Nya dalam Q.S. Al-Anfal :15-16 yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya.”

Jadi Allah SWT memberi peluang pasukan Islam untuk mundur apabila mereka sudah pasti melihat kekalahan dan merugikan umat Islam lainnya, dengan syarat hal itu sebagai strategi perang atau bergabung untuk menambah jumlah pasukan lainnya. Kebijakan membakar kapal adalah keputusan yang membahayakan pasukan, merugikan kaum muslimin, dan bertentangan dengan syariat. Fiqih seperti ini sangat diragukan terjadi pada seseorang yang diangkat menjadi panglima perang semisal Thariq bin Ziyad.

Keenam, sebagaimana disebutkan Ibnu Adzari dalam al-Bayan al-Maghrib 2:6, dan al-Himyari dalam al-Raudh al-Mu’thar Hal. 35, tidak semua kapal yang membawa pasukan Islam menyeberang ke Andalusia milik Thariq bin Ziyad, ada beberapa di antaranya milik dari Raja Julian. Julian adalah salah seorang yang tidak senang dengan kekuasaan Roderick yang zalim. Dengan demikian, Thariq harus mengembalikan kapal-kapal yang ia pinjam bukan malah membakarnya.

berdasarkan poin-poin di atas, maka Raghib as-Sirjani menyimpulkan bahwa peristiwa pembakaran kapal ini adalah kisah fiktif yang sengaja dibuat untuk menafikan kekuatan keimanan pasukan Islam kala itu.

Semoga penjelasan singkat ini dapat memberi manfaat an wawasan mendalam terkait perjuangan seorang Thariq bin Ziyad.***

Halaman:

Editor: Y. Dody Luber Anton


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah