WARTA SAMBAS – Indonesia merupakan kawasan yang menjadi titik pertemuan tiga lempeng bumi, yakni Eurasia, Indo-Australia, dan Fasifik. Alhasil, negeri ini menjadi begitu akrab dengan gempa. Salah satu buktinya Tsunami Aceh 2004.
Bencana dahsyat yang terjadi pada 26 Desember 2004, 16 tahun silam itu menyisakan duka tersendiri bagi Indonesia dan tidak akan pernah dilupakan. Pasalnya, bencana alam ini menyebabkan 225.000 jiwa warga Aceh melayang.
Sebagaimana diberitakan Pikiran-Rakyat.com dalam artikel berjudul “16 Tahun Usai Tsunami Aceh, Masih Ada Potensi Bencana Besar di Sumatra karena Kondisi Uniknya”, Sabtu 26 Desember 2020, pusat gempa yang menyebabkan Tsunami Aceh itu berada di kedalaman 10 Kilometer di pantai Barat Aceh.
Baca Juga: MENGENANG 16 Tahun Tsunami Aceh: Gelombang Setinggi 17,4 Meter
Kekuatan gempa tersebut mencapai 9,3 Skala Richter sehingga menimbulkan gelombang setinggi 9 meter yang meluluhlantakkan sebagian Pulau Sumatera.
Efek gempa bumi tersebut tidak dirasakan di Indonesia saja yang melahirkan tsunami Aceh. Sebagian negara tetangga ikut merasakan guncangannya, yaitu Semenanjung Barat Malaysia, Thailand, India, Sri Lanka, dan beberapa Pantai Timur Afrika.
Terkait tsunami Aceh, Ahli Gempa sekaligus Peneliti di Puslit Geoteknologi LIPI, Dr. Danny Hilman Natawidjaja menuangkan hasil pemikirannya di Pikiran Rakyat edisi 29 Desember 2005.
Baca Juga: So Sweet…Ini Panggilan Sayang Dul Jaelani ke Tissa Biani
Meski terpaut 16 tahun, apa yang disampaikannya soal tsunami Aceh masih sangat relevan untuk direnungkan hari ini.