WARTA SAMBAS RAYA - Asisten antropologi budaya George Mason University Korea, Lee Gyu-tah memprediksi para idola K-pop masih bertahan di tengah pandemi Covid-19 yang melanda dunia hampir setahun terakhir.
Kuncinya, yakni manajemen mesti memanfaatkan teknologi termasuk YouTube dan media sosial.
Ia mengatakan, ikatan musisi K-pop dengan penggemar global lebih kuat dari yang diperkirakan. Ini karena mereka membangun hubungan bertahun-tahun secara online.
Baca Juga: Ini Peringkat Aktor Drama Korea Terbaik Bulan ini Versi The Korean Business Research Institute
"Popularitas K-pop naik di Asia pada akhir 2000-an, dan tumbuh lebih besar pada 2010-an karena K-pop menjadi bagian dari arus utama," kata dia seperti dilansir dari The Korea Times, Minggu.
Kini, musik K-pop sudah dikenal luas hingga ke Eropa, Amerika setelah menjadi viral di kalangan anak muda Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Menurut Gyu-tag, dilansir dari Antara, Minggu 3 Januari 2020, para musisi K-pop berhasil menarik minat para generasi muda untuk menyaksikan konten daring mereka seperti siaran makan atau mukbang, sekedar unboxing album sembari berinteraksi dengan penonton melalui kolom komentar.
"K-pop dan platform-nya, seperti Twitter, saling bergantung. Twitter Korea mengakui K-pop adalah faktor utama dalam menghidupkan kembali popularitas platform. Penggemar mengunggah kreasi mereka seperti video reaksi, parodi, koreografi tari, dan cover lagu," tutur Gyu-tag.
Grup idola K-pop BTS, NCT, The Boyz, PENTAGON, Stray Kids, ATEEZ dan lainnya tak absen menggelar konser daring mereka.