Network
WARTA SAMBAS – Sentimen anti-Asia muncul signifikan sejak pandemi Covid-19 di Amerika Serikat (AS). Sejak Maret 2020 hingga Februari setidaknya tercatat 3.800 insiden diskriminasi dan xenofobia terhadap orang Asia-Amerika dan Kepulauan Pasifik.
Kebencian, marginalisasi, dan stereotip ini mengakibatkan hal mengerikan terjadi pada 16 Maret 2021 di Georgia. Hal ini mengejutkan orang Asia yang tinggal di AS dan bagian lainnya di dunia.
Seorang warga AS, Robert Aaron Long yang berusia 21 tahun menembak mati 8 orang di 3 panti pijat di Cherokee Country dan Atlanta. Dari korban tewas, 6 orang di antaranya merupakan wanita keturunan Asia.
Kendati Robert Aaron Long mengaku penembakan yang dilakukannya bukan termotivasi karena ras dari korbannya, namun banyak orang termasuk Wali Kota Atlanta Keisha Lance Bottoms percaya pembunuhan massal itu merupakan kejahatan rasial.
Robert Aaron Long memang sudah ditangkap dan didakwa atas 8 kasus pembunuhan, namun setelah perbuatannya itu, serangan terhadap orang-orang asal Asia semakin meningkat di AS.
Bahkan satu hari setelah pembunuhan massal yang dilakukan Robert Aaron Long itu, seorang wanita Asia yang sudah berusia 75 tahun diserang secara brutal di San Fransisco. Serangan terus berlanjut hingga hari-hari berikutnya.
Baca Juga: Grammy Awards 2021 Dituding Hanya Manfaatkan Popularitas BTS
Ribuan orang pun turun ke jalan-jalan kota di AS, menuntut untuk menghentikan kejahatan rasial tersebut dengan mengusung slogan ‘Stop Asian Hate’.
Pada Selasa 30 Maret 2021 Tanda Pagar (Tagar) Stop Asian Hate memuncaki trending topic Twitter, setelah turut digaungkan boyband K-Pop asal Korea Selatan, Bangtan Sonyeondan atau dikenal juga sebagai Bangtan Boys (BTS).
