Network
WARTA SAMBAS – Islam tidak hanya mengatur halal atau haramnya makanan dan minuman. Tetapi semua aspek kehidupan dan aktivitas manusia, termasuk soal buang hajat atau buang air besar (b.a.b) dan buang air kecil (b.a.k).
Terkait masalah buang hajat, selain adab dan tempat, arahnya juga diatur. Sehingga memunculkan pertanyaan di tengah masyarakat, apakah boleh menghadap atau membelakangi kiblat.
Sejumlah ulama berbeda pendapat mengenai boleh atau tidaknya seorang muslim buang hajat menghadap atau membelakangi kiblat. Masing-masing tentunya menggunakan dalil-dalil yang kuat.
Berikut beberapa dalil yang melarang buang hajat menghadap atau membelakangi kiblat:
1. Dari Abu Ayyub Al-Anshari Radhiallahu ‘anhu
Bahwasanya Nabi Muhammad SAW bersabda:
إذَا أتَيْتُمُ الغَائِطَ فلا تَسْتَقْبِلُوا القِبْلَةَ، ولَا تَسْتَدْبِرُوهَا ولَكِنْ شَرِّقُوا أوْ غَرِّبُوا قالَ أبو أيُّوبَ: فَقَدِمْنَا الشَّأْمَ فَوَجَدْنَا مَرَاحِيضَ بُنِيَتْ قِبَلَ القِبْلَةِ فَنَنْحَرِفُ، ونَسْتَغْفِرُ اللَّهَ تَعَالَى
“Kalau kalian berada di tempat buang air, maka janganlah menghadap kiblat dan janganlah membelakangi kiblat. Namun menghadaplah ke timur atau ke barat’. Kemudian Abu Ayyub berkata, ‘Dahulu ketika kami sampai ke negeri Syam, kami mendapati tempat buang air dibangun menghadap ke arah kiblat. Maka kami pun mengubahnya dan kami meminta ampunan kepada Allah ta’ala’” (HR. Al-Bukhari No.394, Muslim No.264).
Baca Juga: Hukum Lomba Bayar Uang Pendaftaran dalam Islam, Ini Penjelasan UAS dan Buya Yahya…
