Kisah Horor Wanita Saat Membuang Pembalut di Rumah Sakit Tua Belanda

- 8 April 2021, 11:22 WIB
Ilustrasi Rumah Sakit Belanda
Ilustrasi Rumah Sakit Belanda /pixabay/GabrielePicello/

WARTA SAMBAS - Perempuan bernama Teh Icha asal Batu Jajar, Cimahi Jawa Barat, menceritakan pengalaman horornya, tepatnya 14 Tahun yang lalu.

Perempuan yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan di Cimahi ini, sampai sekarangpun masih ingat kejadian malam itu.

Dimana, dirinya diterima kerja sebagai perawat di salah satu rumah sakit tertua peninggalan penjajahan Belanda, yang berada di Jawa Barat, dengan status kontrak. Satu sampai dua tahun pada awal bekerja, semua berjalan dengan normal.

Baca Juga: Syarat Khusus Ini Lengkap, BLT Ibu Hamil dan Balita Rp6 Juta Bisa Dilangsung Dicairkan 

Dilansir dari kanal Youtube Malam Mencekam yang diunggah pada 2 April 2021.

"Saat itu saya kebagian shift malam, waktu dinas malam dimulai dari 19.00-07.00 WIB. Saya berdinas di ruang rawat, ruangan dua belas. Bersampingan dengan ruang tiga belas, dimana ruang tiga belas ini adalah untuk pasien dengan gangguan jiwa. Pada malam itu suasana di area rumah sakit tidak seperti biasanya, mungkin karena cuaca memang sedang hujan. Ditambah lagi, malam itu malam jumat dan malam pertama saya untuk jaga dinas malam,” ucap Teh Ica.

Sekitar pukul 22.00 WIB, Teh Icha melanjutkan kegiatan rutin shift malamnya, dengan mengecek keadaan pasien satu per satu yang berada di ruangan dua belas. Lalu selesai mengecek seluruh pasien, ia putuskan untuk istirahat

Di malam itu, yang menjalankan dinas malam hanya Teh Icha seorang diri, yang seharusnya dua atau tiga orang termasuk dirinya, tapi temannya yang satu lagi itu sedang cuti sakit.

Setelah laporan diselesaikan, dirinya mencoba rebahan sejenak, hingga tertidur di atas meja. Baru saja tidur sejenak, dirinya dibangunkan dan dikagetkan oleh temen shiftnya.

“Ca, itu kok celanamu merah darah, darah darimana ca,” tanya temennya Teh Icha.

Kemudian, ia merasa malu dikarenakan dirinya sedang datang bulan, dan pembalutnya yang dipakai, ada kemungkinan bocor.

“Saya langsung bergegas untuk mengganti pembalut sekaligus celana yang saya pakai, namun seluru toilet yang berada di ruangan dua belas, keran airnya bermasalah, dan tidak ada air mengalir sedikitpun, sayapun bingung harus ke toilet mana, kemudian temen saya menyarankan kepada saya untuk ikut ke ruangan tiga belas saja, tanpa pikir panjang saya langsung berangkat kesana,” jelas Icha.

Baca Juga: China Kirim Banyak Jet Tempur ke Pertahanan Udara Taiwan, Menlu Taiwan: Kami akan Berperang Jika Diserang

Selepas minta izin untuk memakai toilet kepada petugas yang berjaga disana, petugas tersebut berujar bahwa toiletnya mengalami masalah yang sama, yaitu kerannya macet, dari 7 malam tidak ada air, karena sedang di perbaiki.

Dan petugas tersebut menyarankan untuk memakai toilet yang di dekat dapur, yang biasanya dapur itu digunakan untuk mengolah makanan pasien, tetapi toilet disana ada penampungan air yang cukup besar dan Teh Icha melihat jam.

“Saat itu jam 1 malam, bukan apa apa, yang saya tahu jalan yang menuju ke arah toilet itu, benar benar paling ujung area rumah sakit. Sudah dipastikan sepi, apa lagi tengah malam, dan itu membuat saya malas dan ragu untuk melewati kamar jenazah, saya benar benar merasa bingung dan kesal,” ucap Icha.

“Akan tetapi saya berangkat ke toilet itu, walaupun saya takut dan merasa tidak nyaman, tapi mau bagaimana lagi, mau minta anter satpam kan gak mungkin,” lanjutnya.

Singkat cerita, dirinya sampai di toilet dan memastikan saat perjalanan menuju kesana tidak berjumpa pada siapapun, sebab sudah tengah malam, di area toilet pun tidak ada orang yang dijumpai. Dengan lampu yang nyala redup, membuat dirinya merasa mencekam, seakan mau putus lampunya.

“Saya tidak melihat satu orangpun yang lewat ke toilet itu, bahkan lampunya aja terang redup, hal ini membuat saya merinding,” jelasnya.

“Tanpa mikir macam-macam, saya tuntaskan hajat saya, baru aja saya selesai bersih - bersih dan selesai mengganti celana, perasaan merinding mulai saya rasakan, bulu kuduk saya pun berdiri, betapa kagetnya, saya mendengar suara geraman, bernada berat sekali tepat di kuping saya, suara itu berucap seperti memangil nama saya, caaa , dan telinga sebelah kiri saya seakan ada yang meniup,” jelasnya.

Disitu dirinya terdiam dan mencoba berdoa ayat suci yang dihafalnya, selang beberapa detik dari situ, perasaan takutnya menjadi jadi, sebab pintu depan toilet tiba-tiba ada yang mengetok beberapa kali.

“Tok tok tok, sontak disitu saya membaca doa lebih keras lagi, sampai suara ketukan pintu itu menghilang, selang beberapa menit, saya berani untuk membuka pintu toilet, saat itu saya deg-degkan dan gemetar,” jelasnya.

“Ketika saya membuka pintu toilet, saya berharap tidak ada satu pun sosok ghaib muncul ketika membuka toilet, dengan perasaan takut, saya pun bergegas keluar toilet itu, tanpa mikir panjang untuk membersihkan yang bocor tadi. Pembalut itu saya lempar, saya buang ke tempat sampah yang berada di luar toilet tanpa dibersihkan, apa lagi dibungkus,” lanjutnya.

Kemudian dirinya bergegas ke ruangan dua belas, betapa sialnya, baru saja melangkah 25 meteran, tepat di depan ruang jenazah, dirinya teringat jam tangannya yang tertinggal di toilet, hal ini membuat dirinya terdiam sejenak. Apa yang harus dilakukan, kembali ke toilet atau lanjut besok.

“Saya sempat berpikir sejenak, kalau saya kembali untuk mengambil jam itu, besok paginya saya khawatir jamnya hilang, sebab itu berarti bagi saya, karena dari almarhum ayah saya, dan naasnya lagi, kalau saya balik sekarang, ditakutkan saya diganggu lagi. Akhirnya saya memutuskan untuk nekat kembali ke toilet tersebut,” ucapnya.

“Pikir saya, selama tidak menampakan sosok yang aneh-aneh, saya rasa mental saya masih kuat, kalau cuma sekadar suara. Dan benar saja, selepas saya tiba dibelokan arah toilet, saya dikagetkan penampakan sosok orang Belanda, dekat tong sampah dipinggir toilet, dengan memakai pakaian suster dengam rambut sepunggung,” lanjutnya.

Sosok itu menampakan dengan wajah pucat dan mata yang sayu, dan senyum datar tanpa ekspresi yang jelas, lalu tanganya memegang sesuatu, sesuatu yang penuh darah, bahkan mulutnya belepotan dengan darah, seperti memakan sesuatu.

“Saya istighfar dan lari sekencang kencangnya, saya yakin itu hantu, yang jelas itu bukan manusia,” ucap Icha.

Dengan kejadian ini, membuat Teh Icha sakit, anehnya suhu badannya normal tapi terasa panas dingin, ini terjadi selama tujuh hari, dan alhamdulillah bisa sembuh oleh ruqyah dari ustadz, kemudian Teh Icha mengundurkan diri. ***

Editor: Suryadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah