Bagi anak yang kondisi emosinya normal, saat dia marah, pukulan menjadi “senjata” terakhir. Namun, pada anak pemarah, pukulan selalu menjadi opsi utama!
Agresivitas yang dimilikinya selalu menjadi alat untuk menginginkan sesuatu. Bahkan tak cuma memukul, menendang, menjambak, menarik, dan melempar kerap dilakukan anak pemarah.
4. Tantrum yang Tidak Sesuai Usianya
Dokter Resthie Rachmanta Putri, M.Epid dari KlikDokter mengatakan bahwa anak tantrum memiliki respons yang bervariasi. Mulai dari menangis keras, memukul, menendang, menghentakkan kaki, melemparkan barang, atau bahkan menahan napasnya.
Tantrum merupakan hal biasa yang terjadi pada anak-anak, terutama yang berusia 1-4 tahun. Hal ini terjadi karena anak masih belajar cara untuk berkomunikasi dengan efektif. Nah, apabila tantrum justru dialami oleh anak berusia, misalnya 8 tahun, tentu itu bukan emosi yang normal.
Baca Juga: Ustaz Yusuf Mansur Beberkan Jumlah Donasi yang Dikumpulkannya untuk Istri dan Anak Ustaz Maaher
Jika di atas 5 tahun emosi si anak malah tak karu-karuan, dia mungkin membutuhkan “pelatihan” dalam membantu mengungkapkan perasaan dengan cara yang sesuai dan tepat.
5. Anak Mudah Menyerah pada Kesulitan
Selain tindakan yang agresif, kasar, suka bermain fisik, dan histeris, ada satu lagi yang mengindikasikan bahwa Anda sedang membesarkan anak pemarah. Ya, dia mudah menyerah pada kesulitan! Padahal, kemampuan untuk bertahan di kala sulit sangat dibutuhkan di masa depannya nanti.
Jika anak Anda yang berusia 9 tahun meremas kertas PR-nya setiap kali membuat kesalahan, bisa jadi dia memiliki toleransi frustrasi yang amat rendah.