Pada penderita Covid-19, Badai Sitokin menyerang jaringan paru-paru dan pembuluh darah.
Alveoli atau kantung udara kecil di paru-paru akan dipenuhi oleh cairan, sehingga tidak memungkinkan terjadinya pertukaran oksigen.
Kebanyakan, penderita Covid-19 yang mengalami Badai Sitokin mengalami demam dan sesak napaf hingga membutuhkan ventilator (alat bantu pernapasan).
Demam dan sesak napas ini biasanya terjadi sekitar 6 sampai 7 hari setelah gejala Covid-19 muncul.
Selain demam dan sesak napas, Badai Sitokin juga menimbulkan berbagai gejala, yakni:
- Kedinginan atau menggigil
- Kelelahan
- Pembengkakan di tungkai
- Mual dan muntah
- Nyeri otot dan persendian
- Sakit kepala
- Ruam kulit
- Batuk
- Napas cepat
- Kejang
- Sulit mengendalikan gerakan
- Kebingungan dan halusinasi
- Tekanan darah sangat rendah
- Penggumpalan darah
Penderita Covid-19 yang mengalami Badai Sitokin memerlukan perawatan di Unit Perawatan Intensif (ICU).
Berikut langkah penanganan Badai Sitokin yang akan dilakukan dokter:
- Pemantauan tanda-tanda vital, yang meliputi tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, dan suhu tubuh, secara intensif
- Pemasangan mesin ventilator
- Pemberian cairan melalui infus
- Pemantauan kadar elektrolit
- Cuci darah (hemodialisis)
- Pemberian obat anakinra atau tocilizumab (actemra) untuk menghambat aktivitas Sitokin
Kendati demikian, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penanganan yang tepat terhadap penderita Covid-19 yang mengalami Badai Sitokin.***