Sony Hapus Kamera DSLR dan Fokus ke Mirrorles yang Lebih Cepat Menguras Baterai

6 Mei 2021, 20:10 WIB
Sony Hapus Kamera DSLR dan Fokus ke Mirrorles yang Lebih Cepat Menguras Baterai / SONY.CO.ID/

WARTA SAMBAS – Sony, perusahaan konglomerat Jepang mulai menghapus model kamera Digital Single Lens Reflex (DSLR) secara bertahap. Ini menandai berakhirnya era kamera digital yang menggunakan sistem cermin otomatis dan pentaprisma atau pentamirror tersebut.

Hilangnya model berbasis cermin dari situs web Sony berhasil diketahui SonyAlphaRumors pada Selasa 4 Mei 2021 lalu.

Perubahan itu juga muncul secara online karena pengecer kamera seperti Adorama dan B&H Foto & Electronics tidak lagi menyediakan A99 Mark II 2016.

Seperti diketahui, Sony merupakan pemain kunci dalam era kmera mirrorless. Sehingga kemungkinan mereka lebih fokus pada model kamera ini.

Meski tidak sempurna, mirrorless menghadirkan fokus otomatis yang lebih baik, pengambilan gambar lebih cepat dan lebih banyak tenaga komputasi untuk fotografi.

Namun era mirrorless ini semakin menjauhkan dunia fotografi saat ini dari desain inti yang berasal dari era film.

Baca Juga: Kamera Realme 8 Pro Bisa Tangkap Langit Malam Penuh Bintang

Dahulu kamera SLR menggunakan cermin refleks internal untuk memantulkan cahaya dari lensa ke jendela bidik. Sehingga penggunanya dapat mengatur bidikan. Ketika mengambil gambar, cerminnya terbalik dan penutupnya terbuka, memperlihatkan filmnya.

Saat fotografi dialihkan ke media digital, desain SLR, atau kamera refleks lensa tunggal, dipinjam untuk DSLR, kamera yang menukar sensor gambar dengan film.

DSLR merupakan kamera digital yang menggunakan sistem cermin otomatis dan pentaprisma atau pentamirror yang meneruskan cahaya dari lensa menuju ke viewfinder.

SLR menggunakan cermin segilima yang letaknya di atas jalur optik melalui lensa kemudian disalurkan ke lempengan film untuk kamera analog atau sensor pada DSLR.

Sedangkan mirrorless pada dasarnya sama seperti DSLR. Tetapi tidak memakai cermin atau pentaprisma. Ia bekerja dengan cara cahaya yang masuk langsung diterima sensor tanpa dipantulkan ke cermin dan ditampilkan di viewfinder electronic.

Seperti diketahui, Sony memulai karir fotografinya pada kelas atas melalui akuisisi bisnis SLR Konica Minolta pada 2005, ketika para fotografer amatir membuang kamera film dan beralih ke kamera digital point-and-shoot dan DSLR.

Baca Juga: Wow!!! Xiaomi Redmi 9T Dibekali Kamera dengan Lensa Makro dan Ultra Wide-Angle

Model pertama Sony kredibel dengan tren tersbeut, tetapi tidak mengurangi dominasi pesaingnya, Canon dan Nikon.

Selanjutnya, Sony debut model DSLR-nya. Dinamai demikian, karena cermin tembus pandang yang merupakan batu loncatan dalam perjalanan menuju kamera mirrorless sepenuhnya.

Cermin tetap ini memantulkan sebagian cahaya yang masuk melalui lensa ke jendela bidik dan membiarkan sisanya masuk ke sensor gambar.

Kesuksesan Sony yang sesungguhnya datang ketika merilis kamera mirrorless-nya, yang memungkinkan cahaya dari lensa masuk langsung ke sensor gambar.

Citra digital itu ditampilkan di layar belakang kamera atau di jendela bidik elektronik dengan layar kecilnya sendiri.

Saat teknologinya semakin matang, upaya Sony menunjukkan kepada industri bahwa cermin refleks adalah peninggalan. Dan dengan perubahan itu, datanglah peningkatan kekayaan kamera Sony.

"Sony bukanlah kekuatan pendorong nyata dalam bisnis kamera sampai meninggalkan cermin," kata Lori Grunin, Pengulas Kamera Lama, seperti dikutip WartaSambasRaya.com dari ANTARA, Kamis 6 Mei 2021.

Baca Juga: 5 Langkah Supaya Virtual Meeting Tetap Keren Pakai Kamera Ponsel, Nomor 3 Boleh Segera Dicoba

Sony merupakan penjual teratas sensor gambar yang digunakan pembuat kamera dan ponsel pintar lainnya. Hal ini mendorong para pesaingnya ke pasar kamera tanpa cermin. Itu termasuk Nikon Z6 dan Z7 dan Canon R5 dan R6.

Dari tren ini menunjukkan bahwa model mirrorless merupakan masa depan bagi para profesional dan penggemar fotografi.

Keunggulan besar dari kamera mirrorless adalah autofokus yang lebih baik, karena sensor gambar bekerja sepanjang waktu dan terhubung ke prosesor yang semakin canggih.

Sony pun membantu membangun keunggulan mirrorless dengan fokus otomatis pelacakan mata yang berfungsi dengan baik, penghemat waktu yang penting bagi fotografer, terutama fotografer pernikahan. Canon baru saja menyamainya pada 2020 dengan R5 dan R6 yang didukung AI.

Kamera mirrorless juga dapat memotret secara diam-diam menggunakan rana elektronik. Jendela bidik elektroniknya dapat memperkuat cahaya redup, sehingga pengguna dapat mengawasi fokus dan komposisi bahkan di saat gelap, dan juga dapat membantu pengguna dengan pemfokusan dan eksposur manual.

Kamera mirrorless dapat mengambil foto resolusi penuh dengan sangat cepat. Alpha 1 top-end Sony dan R3 high-end Canon yang akan datang merekam 30 frame per detik (kecepatan yang sama seperti video).

Baca Juga: Manfaatkan Teknologi Digital untuk Peluang Kerja Bagi Difabel, Begini Kata Sri Mulyani

Beberapa tahun yang lalu, memotret lebih dari 6 bingkai per detik adalah suatu pencapaian yang luar biasa. Tetapi bergerak cepat lebih mudah ketika mekanisme mekanis seperti cermin tertinggal.

Namun tidak kamera mirrorless tidaklah terlalu sempurna. Terdapat beberapa kelemahan, di antaranya lebih cepat menguras baterai, karena harus menyalakan sensor dan layar jendela bidik elektronik.

Pemandangan yang ditampilkan oleh jendela bidik elektronik dapat memperlambat realitas, gangguan saat Anda menggeser kamera. Istilah ‘tanpa cermin’ sama anehnya dengan ‘kereta tanpa kuda’ untuk mobil masa awal.

Kamera DSLR dinilai sebagai alat yang tepat untuk kalangan pemula yang ingin mendalami fotografi maupun videografi karena dianggap mampu mengasah feeling.

Senior Marketing Manager Datasrip Indonesia, distributor tunggal produk pencitraan digital Canon, Yase Defrisa Cory menyarankan kepada para pemula yang baru belajar fotografi untuk menggunakan kamera DSLR.

"Kalau belajar untuk motret itu baiknya pakai DSLR. Karena dapat mengasah feeling saat ingin menangkap gambar,” saran Yase.

Fotografer yang sudah merasakan analog itu, menurutnya, sangat hebat dalam mengabadikan momen. “Larena feeling mereka sudah jalan dan mereka bisa membayangkan setting seperti apa dalam sebuah lokasi dan tempat," terang Yase.

Menurut dia, belajar foto memakai kamera DSLR juga dapat mengasah dan memperkuat feeling berkat sistem view finder yang masih optikal.

"Jika menggunakan kamera DSLR, mereka masih menggunakan optik bukan elektronik. Jadi apa yang ada di mata, itulah yang ada di lensa. Jadi kemungkinan ketika akan dijepret itu bisa gelap dan blur ketika mereka tidak mengerti menggunakannya," kata Yase.

Tergesernya kamera DSLR oleh mirrorles memang tidak bisa dihindari, mengingatkan semakin maju teknologi masa kini.

"Itu sebenarnya tren yah. Kita tidak bisa melawan tren. Sebagai contoh, dulu analog pindah ke digital. Pemain analog tidak mungkin beranjak ke digital yang cuma memiliki 0,8 piksel pada saat itu, tetapi sekarang mereka (pemain analog) banyak yang pindah ke digital," pungas Yase.***

Editor: Mordiadi

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler