Baca Juga: Aksi Donor Darah Warnai HUT Astra Internasional Tbk ke-67
Selanjutnya, para penipu mengganti nama akun-akun tersebut agar terlihat seperti milik salah satu lembaga keuangan terkemuka di negeri ini dengan menggunakan merek dagang dan logo resmi lembaga tersebut sebagai gambar profil.
Dalam beberapa akun yang dibajak, bagkan para penipu tidak perlu repot menghapus konten dari pemilik sebelumnya.
Para analis Group-IB menemukan dan menangguhkan semua akun Instagram yang teridentifikasi terlibat dalam skema itu berkoordinasi dengan Tim Dukungan Hak Kekayaan Intelektual Instagram.
"Ada alasan mengapa para penipu lebih memilih Instagram," ucap Aditya Arnanda, Analis Digital Risk Protection di Indonesia untuk Group-IB.
Berdasarkan analisanya, media sosial menjadi saluran nomor satu untuk distribusi penipuan di Asia Pasifik pada tahun 2021.
Lebih dari 75 persen dari semua penipuan yang dianalisis terjadi di media sosial.
Baca Juga: Serahkan Sembako, Asmo Kalbar Kunjungi Rumah Pengharapan dan Panti Jompo Kasih Abadi
"Instagram ternyata menjadi platform favorit para penipu di Asia Pasifik. Lebih mudah untuk mendapat kepercayaan di media sosial dan konten visual cenderung lebih beresonansi dengan banyak orang," tutupnya.***