Warga AS Alami Alergi Parah Usai Divaksin Covid-19

- 7 Januari 2021, 15:06 WIB
Ilustrasi suntik vaksin Covid-19.
Ilustrasi suntik vaksin Covid-19. /Pixabay/whitesession

WARTA SAMBAS RAYA- Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat sedang mengawasi secara saksama reaksi alergi terhadap vaksin Covid-19 buatan Pfizer dan Moderna.

Masyarakat yang mengalami reaksi serius, diminta untuk tidak menerima dosis kedua.

Dilansir dari Antara, Kamis 7 Januari 2021, melalui panggilan konferensi dengan awak media, badan kesehatan publik AS itu mengatakan reaksi alergi terjadi pada tingkat 11,1 per 1 juta vaksinasi. Itu dibandingkan dengan vaksin flu, di mana reaksi seperti itu terjadi pada tingkat 1,3 per 1 juta vaksin.

Baca Juga: 3 Efek Samping Vaksin Covid-19 Menurut BPOM

Reaksi parah masih "sangat jarang", katanya, menekankan perlunya masyarakat divaksinasi ketika vaksin telah tersedia untuk mereka, mengingat ancaman kematian dan penyakit serius akibat virus corona yang telah merenggut lebih dari 357.000 nyawa di Amerika Serikat saja.

CDC mengaku sedang memantau kejadian reaksi alergi secara saksama dan berencana mengunggah informasi terkini melalui situs miliknya.

Badan itu juga mendesak agar tempat-tempat distribusi vaksin dipersiapkan tidak hanya untuk mengenali reaksi alergi serius, yang dikenal sebagai anfilaksis, tetapi juga dilatih tentang bagaimana merawatnya dan mengenali ketika seseorang perlu dirujuk ke rumah sakit untuk perawatan ekstra.

Baca Juga: Kepala BPOM Pastikan Bahan Vaksin Covid-19 Aman bagi Manusia

Pejabat CDC menyebutkan 28 orang yang menerima vaksin Pfizer dan BioNTech mengalami reaksi alergi parah. Mereka juga mencatat satu kasus anfilaksis, yang dapat menyebabkan bengkak pada tenggorokan dan kesulitan bernapas setelah seseorang menerima vaksin buatan Moderna.

Pejabat sebagian besar mengaitkan perbedaan itu dengan fakta bahwa vaksin Pfizer/BioNTech disetujui lebih awal dibanding vaksin Moderna. Menurutnya, tindakan pencegahan berlaku bagi keduanya.

Riset yang dipublikasi pada Rabu dalam laporan mingguan CDC mengenai kematian dan penyakit yang melihat kasus antara 14-23 Desember, mengidentifikasikan 21 kasus anfilaksis setelah pemberian 1.893.360 dosis vaksin Pfizer/BioNTech. Dari jumlah itu, 71 persen terjadi dalam 15 menit pertama usai pemberian vaksin.

Regulator medis Inggris mengatakan bahwa siapa pun yang memiliki riwayat anfilaksis, atau reaksi alergi parah terhadap obat atau makanan, sebaiknya tidak diberikan vaksin Pfizer/BioNTech.***

Nb: Untuk mengetahui berita seputar kilas balik atau kaleidoskop 2020 dan peruntungan di tahun 2021 (shio kerbau), dapatkan informasinya di Warta Sambas Raya yang akan selalu menjadi referensi informasi terkini bagi Anda.

Editor: Suryadi

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah