Harga Minyak Sawit Mentah Terus Meroket Sejak Juni 2020, Ini Pemicunya…

31 Maret 2021, 13:34 WIB
Harga Minyak Sawit Mentah Terus Meroket Sejak Juni 2020, Ini Pemicunya… /tk tan /Pixabay

WARTA SAMBAS – Bila produk lainnya cenderung tergerus di masa pandemi Covid-19, lain halnya dengan harga Minyak Sawit Mentah (CPO), sejak Juni 2020 lalu terus meroket hingga sekarang.

Terus meroketnya harga CPO tersebut didorong gangguan pasokan minyak nabati utama dari daerah penghasil. Sementara permintaannya melampaui pasokan pada Kuartal III 2020.

Sebagaimana dilansir WartaSambasRaya.com dari Infosawit, harga patokan minyak sawit di Bursa Malaysia Derivatives Exchange tercatat mampu melampaui RM 3.000 hingga diperdagangkan pada RM 3.064 per ton sekitar 10.4 juta Rupiah pada pertengahan Oktober 2020, atau 38 persen lebih tinggi dibanding tahun lalu pada periode yang sama.

Sementara pada pertengahan November 2020, harga CPO mampu mencapai level tertinggi sekitar RM3.490 per ton atau sekitar 12.1 juta Rupiah.

Baca Juga: Harga TBS Sawit Naik Menjadi 2.388,03 Rupiah per Kg

Selain dipengaruhi pasokan dari daerah penghasil, menurut laporan yang diterbitkan Dewan Negara-negara Minyak Sawit (CPOPC), kenaikan harga CPO ini juga dipengaruhi beberapa faktor, yakni:

  1. Iklim
  2. Kasus pandemi Covid-19
  3. Masalah pekerja di perkebunan kelapa sawit di Malaysia

Selain itu, CPO juga diuntungkan dengan pasokan minyak nabati lainnya yang lebih rendah dari perkiraan, terutama minyak bunga matahari dan rapeseed yang pabriknya banyak di Eropa.

Hal tersebut yang pada akhirnya memicu kenaikan tajam harga minyak nabati, yang lantas berdampak pula pada melonjaknya harga CPO.

Pandemi Covid-19 mulai muncul di awal 2020 mendorong pemerintah mengeluarkan kebijakan pembatasan (lockdown) di sejumlah negara konsumen minyak sawit di dunia.

Namun tekanan tersebut hanya berlaku sesaat, lantaran pada kuartal II 2020, negara-negara pengimpor utama minyak sawit mulai melakukan re-stock.

Baca Juga: NTP Kalimantan Barat Tertinggi di Pulau Kalimantan, Kadisbun Heronimus Hero: Karena Harga Karet dan Sawit Naik

Selain itu, berkurangnya ketersediaan minyak goreng bekas dan lemak hewani akibat pandemi telah menyebabkan beberapa produsen biodiesel mengalihkan bahan bakunya ke minyak nabati. Hal tersebut memicu meningkatnya permintaan CPO global.

Pada masa sekarang minyak nabati merupakan kebutuhan sehari-hari, baik itu bahan pokok dapur, bahan pembersih atau bahan bakar terbarukan, dalam kehidupan banyak orang di seluruh dunia.

Faktanya, meningkatnya permintaan produk oleokimia telah menopang permintaan minyak nabati, termasuk minyak sawit.

Turunan oleokimia seperti gliserin, asam lemak dan metil ester, merupakan bahan baku untuk sanitiser, deterjen dan sabun yang mengalami peningkatan permintaan karena kesadaran kebersihan yang lebih baik dan protokol kesehatan yang serukan pemerintah.

“Sejak dimulainya pandemi Covid-19, telah terjadi pergeseran perilaku konsumen yang sebelumnya makan di restoran, kafe, dan lainnya, kini banyak rumah tangga memasak dan makan di rumah,” sebut CPOPC dalam laporannya.

Manfaat dari perubahan perilaku ini, konsumen akan mengganti minyak nabati mereka secara lebih teratur, karena perusahaan menjual kemasan yang lebih kecil kepada konsumen sehubungan dengan permintaan yang lebih rendah dari restoran.***

Editor: Mordiadi

Sumber: infosawit

Tags

Terkini

Terpopuler