Kamu Positif Alami Penyakit Sindrom Munchausen Jika Pura-pura Sakit untuk Dapatkan Perhatian

- 30 Januari 2023, 14:01 WIB
Ilustrasi sakit.
Ilustrasi sakit. /- Foto: Unsplash

WARTA SAMBAS - Pernahkah Anda melihat orang yang sering berpura-pura sakit untuk mencari perhatian? Bisa jadi itu merupakan sindrom munchausen, Ini penjelasannya.

Tentu setiap orang ingin selalu dikaruniai kesehatan dan tak ingin sakit. Tapi terkadang pada kondisi tertentu, seseorang bisa pura-pura sakit untuk mencari simpati.

Anda sering melakukannya? Bisa jadi itu adalah tanda sindrom munchausen.

Orang dengan Munchausen Syndrome sering kali menunjukkan tanda-tanda seperti:

- Berbohong dengan berpura-pura sedang mengalami gejala tertentu. Bahkan, untuk meyakinkan gejala tersebut, ia menyakiti diri sendiri atau sengaja memanipulasi hasil pemeriksaan. Misalnya, mengontaminasi hasil urine.

- Memberikan riwayat medis yang tidak konsisten atau berbeda-beda, terkadang didramatisasi.
Terjadi “kekambuhan” gejala berulang.

Baca Juga: Golongan Darah A, B dan O Lebih Rentan Terserang Stres, Begini Penjelasannya

- Gejala yang tidak jelas dan justru bertambah “parah” setelah diberikan terapi
Memiliki pengetahuan yang “luas” seputar terminologi atau kata-kata kedokteran dan dapat mendeskripsikan penyakit dengan detail.

- Mempunyai keinginan kuat untuk menjalani prosedur medis atau tindakan lainnya.
Memiliki problem identitas dan kepercayaan diri.

- Timbul gejala baru padahal pemeriksaan menunjukkan hasil negatif.
Gejala hanya timbul ketika pasien diperiksa.

- Memiliki riwayat mencari “kesembuhan” di sejumlah rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya.

- Pasien sering menolak dokter untuk menemui keluarga, teman, atau kerabat pasien.

Apa Penyebab Sindrom Munchausen?

Baca Juga: Suka Tebar Pesona ke Rekan Kerja, Bisa Jadi Kamu Mengidap Penyakit Ini

Sindrom munchausen merupakan kondisi yang kompleks dan sulit dipahami. Pengidap biasanya menolak diterapi secara psikologis. Penyebab sindrom munchausen belum diketahui hingga saat ini.

Beberapa hal yang mungkin menjadi faktor risiko munculnya sindrom ini antara lain:

- Trauma masa kecil berupa kekerasan emosional, fisik, ataupun seksual.

- Penyakit serius saat kanak-kanak.

- Anggota keluarga mengalami penyakit serius.

- Kurang kepercayaan atau identitas diri.

- Pada masa kanak-kanak kehilangan orang yang dicintai akibat suatu kejadian.

- Tidak terpenuhinya keinginan menjadi dokter atau tenaga kesehatan.

- Bekerja di bidang kesehatan.

- Adanya kelainan kepribadian.***

 

Editor: Y. Dody Luber Anton


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x