Begini Cerita Mantan Polisi yang Pernah Jadi Teroris

- 6 April 2021, 18:18 WIB
/WartaSambasRaya.com/

WARTA PONTIANAK - Ustaz Sofyan Tsauri, membeberkan masa kelamnya saat menjadi teroris di podcast Deddy Corbuzier yang tayang pada 6 April 2021.

Sebelum menjadi seorang teroris Ustaz Sofyan Tsauri adalah seorang polisi yang sudah bertugas selama 13 tahun.

Menurut ustad Sofyan Tsauri, ideologi dan paham teroris sangat massif dan bisa menyasar kepada siapa saja tidak memandang status sosial dan umur.

Baca Juga: Densus 88 Antiteror Mabes Polri Tangkap 6 Terduga Teroris di Jawa Tengah

“Ada beberapa bahkan hasil temuan mengatakan bahwa ada 3 persen di TNI yang mulai terpapar paham-paham intoleran dan radikalis, lalu di kepolisian BIN menemukan ada 2 persen gitu bahkan 1 dari 10 orang ASN kita sudah terpapar, mahasiswa jauh lebih banyak lagi,” kata ustaz Sofyan Tsauri.

Ustaz Sofyan Tsauri mengatakan intoleran dan radikal adalah tangga menuju terorisme, seorang teroris sudah pasti intoleran dan radikal akan tetapi seorang radikal dan intoleran belum bisa dikatakan sebagai teroris namun sering kali hal tersebut menjadi cikal-bakal terorisme.

Baca Juga: Aktor Fauzi Baadilla Semprot Dina Sulaeman yang Sebut Sumbangan Bangsa Indonesia Jatuh ke Tangan Teroris

“Semua para pelaku itu memang dimulai dari berkarir di intoleran dan radikalisme makanya ini penting buat kita bagaimana menumbuhkan sikap toleransi dahulu karena jika tidak dia bisa meninggkat,” ujar ustaz Sofyan Tsauri.

Saat menjadi seorang teroris ustaz Sofyan Tsauri bertugas sebagai pemasok senjata, melatih pemuda-pemuda yang ada di aceh dan sebagai pencuci otak.

Akibat tindakannya tersebut Ustaz Sofyan Tsauri sempat di tahan di lapas cipinang dengan vonis 10 tahun dan bebas di tahun ke 6 karena mendapatkan remisi dan pembebasan bersyarat.

Baca Juga: Mutilasi Gerakan Teroris, TNI dan Polri akan Bangun 'Posko Komando Taktis' di Setiap Provinsi

Menurut ustaz Sofyan Tsauri, untuk bisa mencuci otak seseorang dirinya hanya butuh waktu sekitar 1 hingga 2 jam apalagi jika yang bersangkutan sedang memiliki masalah karena akan lebih mudah untuk merubah pola pikirnya.

“Dan itu saya buktikan bagaimana anak-anak Aceh terkesima lalu siap bergabung, siap mengorbankan harta dan jiwanya untuk bergabung dengan kelompok kami pada saat itu yaitu Tanzim Al-Qaeda,” ujar ustaz Sofyan Tsauri.

Prof. Irfan Idris, direktur deradikalisasi BNPT, yang juga hadir dalam podcast Deddy Corbuzier, mengatakan bahwa seseorang bisa menjadi radikal karena masalah multidimensi seperti ekonomi, pengetahuan, keadilan, merasa dikucilkan dan dendam.

Baca Juga: Ketua MUI Bahas Isi Surat Teroris tentang Mengikuti Nabi dan Riba Bunga Bank

“Sayangnya berapapun akar masalah semua itu dibungkus dengan bahasa tafsiran keagamaan bukan bahasa agama. Yang oleh kelompok radikal teroris global memanfaatkan media sosial untuk berselancar dan mencari generasi muda apapun profesinya,” kata Prof.  Irfan Indris.

Menurut Prof. Irfan Idris, ada 4 lapisan dalam terorisme ada yang di sebut sympathizer yaitu orang-orang yang simpati kepada segala bentuk anarkis yang seolah-olah ada pembenaran dari agama, ada juga supporter orang yang mendukung aksi terorisme dengan materi, setelah itu ada yang namanya militant orang-orang yang rela melakukan apa saja yang dianggap benar misalnya menjadi pengantin bom bunuh diri dan terakhir adalah hardcore yang merupakan inti biasanya memiliki usia 50 tahun keatas tugasnya membuat narasi-narasi yang menyesatkan dan mencuci otak.

Baca Juga: Pengamat Teroris: Mestinya Pelaku Cukup Dilumpuhkan untuk Ungkap Aksi Teror Ini

Ustaz Sofyan Tsauri menambahkan kesulitan dalam menangani masalah terorisme karena adanya teori-teori konspirasi yang beredar di masyarakat membuat para teroris ini mendapatkan angin segar dengan mendapatkan pembelaan dari sebagian masyarakat yang menganggap apa yang terjadi adalah teori konspirasi pemerintah.***

Editor: Yuniardi

Sumber: Podcast Deddy Corbuzier YouTube


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah