Kisah Habib Al-Najar, Tokoh yang Dikenal dalam Surah Yasin

- 27 Maret 2024, 05:19 WIB
Ilustrasi. Bacaan Surah Yasin lengkap 83 Ayat teks Arab, latin, arti bahasa Indonesia dibaca saat malam Jumat disertai keutamaan dan link download PDF.
Ilustrasi. Bacaan Surah Yasin lengkap 83 Ayat teks Arab, latin, arti bahasa Indonesia dibaca saat malam Jumat disertai keutamaan dan link download PDF. /PIXABAY/@Imenbonoise

اتَّبِعُوْا مَنْ لَّا يَسْـَٔلُكُمْ اَجْرًا وَّهُمْ مُّهْتَدُوْنَ
“Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan (dalam berdakwah) kepadamu. Mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Baca Juga: Jadwal Imsak dan Buka Puasa Hari Ini di Kayong Utara, Selasa 26 Maret 2024

Kedua, Habib al-Najar adalah sosok yang peduli dan memiliki hati yang bersih. Kepribadian al-Najar digambarkan dalam Tafsir al-Baghawi (jilid 7, h. 13-14). Dengan menukil pendapat Wahb, al-Baghawi menjelaskan pekerjaan al-Najar sebagai tukang sutra, yang gemar bersedekah dan membagi harta yang diperolehnya menjadi dua bagian, setengah untuk disedekahkan, setengah lainnya untuk keluarganya. Sedangkan Syaikh al-Thanthawi, dalam Tafsir al-Wasith (juz 12, h. 23), menambahkan bahwa al-Najar memiliki naluri yang sehat, jiwa yang murni, serta hati dan tekad yang tinggi.

Ketiga, Habib al-Najar adalah hamba yang saleh. Keterangan tentang kesalehan al-Najar ini dapat ditemui dalam Tafsir al-Jilani (juz 4, h. 171) karya Syaikh ‘Abdul Qadir al-Jilani. Dalam tafsir bercorak tasawuf ini, al-Najar digambarkan sebagai seseorang yang menghambakan dirinya dalam ibadah kepada Allah. Penjelasan lain yang menguatkan pendapat ini datang dari Ibnu ‘Ajibah dalam tafsir al-Bahr al-Madid fi Tafsir al-Qur’an al-Majid (juz 4, h. 564). Habib al-Najar dicitrakan sebagai lelaki yang beribadah kepada Allah di sebuah gunung.

Keempat, Habib al-Najar bersikap kritis dan cinta pada kebenaran. Ciri ini dideskripsikan oleh Syaikh ‘Abdul Qadir al-Jilani dalam Tafsir al-Jilani (juz 4, h. 171-172). Sikap kritis yang dimiliki oleh al-Najar tergambar dalam dialognya dengan para utusan Allah di Antiokhia.

Disebutkan dalam tafsir ini, bahwa al-Najar pernah bertemu dengan dua utusan Allah. Ketika kedua utusan tersebut masuk ke Antiokhia, al-Najar mengucapkan salam kepada mereka dan juga bertanya. Pertanyaan al-Najar terfokus pada prinsip-prinsip teologis, seperti pertanyaan tentang: siapa kalian? jika kalian adalah utusan Allah, apa tanda dan bukti bahwa kalian adalah utusan Allah?

Kedua pertanyaan inipun dijawab dan dibuktikan langsung oleh para utusan. Syaikh ‘Abdul Qadir al-Jilani meyakini bahwa salah satu dari dua utusan itu adalah Nabi ‘Isa a.s. Atas pertanyaan yang diajukan oleh Habib al-Najar, kedua utusan menjawab dan membuktikan bahwa mereka merupakan utusan Allah, dibuktikan dengan kemampuan menyembuhkan anak lelaki Habib al-Najar yang telah lama sakit dengan mengusap tubuhnya.

Setelah pembuktian sekaligus jawaban atas pertanyaan yang diajukannya, Habib al-Najar percaya dan beriman kepada Allah, lalu menyibukkan dirinya dengan beribadah kepada Allah. Sebagai informasi tambahan, tentang tanda kenabian yang terdapat pada dua utusan, Syaikh ‘Abdul Qadir al-Jilani menyebut bahwa kedua utusan tersebut juga dapat menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan penyakit kusta.

Baca Juga: Jadwal Imsak dan Buka Puasa Hari Ini di Ketapang, Selasa 26 Maret 2024

Kelima, Habib al-Najar adalah seorang pemberani yang berdiri di atas dasar keimanan. Ketika para utusan Allah berdakwah ke dalam kota, al-Najar kemudian mengetahui bahwa kaumnya (penduduk Antiokhia) mengingkari dakwah para utusan, bahkan mereka bersepakat untuk membunuh kedua utusan tersebut. al-Najar kemudian bergegas menuju tempat bertemunya kedua rasul dengan penduduk Antiokhia. Di sana, al-Najar datang dan melihat kedua utusan tersebut berhadapan dengan orang banyak.

Halaman:

Editor: Y. Dody Luber Anton


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x