Kisah Habib Al-Najar, Tokoh yang Dikenal dalam Surah Yasin

- 27 Maret 2024, 05:19 WIB
Ilustrasi. Bacaan Surah Yasin lengkap 83 Ayat teks Arab, latin, arti bahasa Indonesia dibaca saat malam Jumat disertai keutamaan dan link download PDF.
Ilustrasi. Bacaan Surah Yasin lengkap 83 Ayat teks Arab, latin, arti bahasa Indonesia dibaca saat malam Jumat disertai keutamaan dan link download PDF. /PIXABAY/@Imenbonoise

Akhir yang Baik Bagi Habib al-Najar dan Keteladanannya

Apa yang dilakukan oleh Habib al-Najar menunjukkan ketinggian kadar keimanannya. Ia adalah contoh ideal tentang keimanan. Keimanannya mewujud dalam banyak aspek kehidupan, membentuk kepribadian dirinya yang mulia. Meskipun demikian, keimanan yang didakwahkannya, tidak langsung diterima oleh kaumnya, bahkan ia dibunuh oleh penduduk Antiokhia.

Sedari awal, Habib al-Najar memang adalah tokoh yang “pasang badan” untuk membela para utusan Allah dalam menyampaikan dakwah. Ia pula yang menyeru kaumnya untuk tunduk dan taat kepada Allah dengan argumentasi yang dapat diterima akal. Bahkan al-Najar pula yang menyatakan kesaksian di hadapan kaumnya untuk beriman kepada Allah. al-Najar adalah penduduk Antiokhia yang beriman kepada para utusan Allah, yang juga berani menghadapi ancaman, bahkan siksaan dari kaumnya sendiri.

Dengan segala keberaniannya, Habib al-Najar sampai pada waktu kematiannya. Menurut Ibnu Mas’ud, sebagaimana dikutip oleh Imam al-Khazin dalam tafsir Lubab al-Ta’wil fi Ma’ani al-Tanzil (juz 4, h. 6), penyiksaan yang dilakukan penduduk Antiokhia kepada al-Najar, dengan cara diinjak-injak, sampai ususnya keluar dari duburnya. Disebutkan pula, bahwa ia dilempar dengan batu, (dalam keadaan itu) ia masih sempat untuk berdoa untuk kaumnya, “Ya Allah, berikanlah petunjuk bagi kaumku.” al-Najar kemudian wafat. Ia dikuburkan di Antiokhia.

Keimanan Habib al-Najar menemukan relevansinya hari ini, pada saat sebagian orang hidup dalam kecemasan dan kekhawatiran atas masalah-masalah dunia yang dihadapinya. Iman yang ada dalam hatinya, tidak membantunya keluar dari permasalahannya. Mentalitas menjadi sangat rentan, karena jauh dari nilai-nilai keimanan itu sendiri. Sebagian mereka terasing dari agamanya sendiri.

Persoalan itu kemudian menjadi penyebab munculnya berbagai permasalahan-permasalahan lain seperti sikap individualistik, tidak mau terhubung dengan lingkungan dan masyarakat, tidak rasional dan menolak kebenaran. Karena sesungguhnya, keimanan yang menyeluruh, menurut Muhammad Utsman Najati dalam al-Qur’an wa ‘Ilm al-Nafs (h. 239), terimplementasi dalam akidah, peribadahan, hubungan sosial, hubungan keluarga, akhlak, emosi, perasaan, pemikiran, kehidupan praktis, serta citra diri yang baik. Habib al-Najar adalah contoh yang tepat dalam hal ini.

Habib al-Najar, kehidupan dan kematiannya memberi nasihat bagi semua. Arti penting dari keberimanan, sebagaimana al-Najar, adalah kemauan yang kuat untuk menyatakan dan menyampaikan pencerahan-pencerahan keimanan kepada orang lain. Suatu kesan yang sangat terlihat dalam diri al-Najar. Dalam diri, iman harus menyala, menerangi hati dan pikiran, membimbing pada kebaikan dan kebenaran, menjadi penunjuk jalan diri sendiri dan juga orang lain.

Beriman berarti juga memberikan pengaruh baik bagi orang lain dengan berbagai cara dan metode yang baik, benar dan bijaksana, untuk menyeberluaskan nilai dan prinsip-prinsip keimanan. Iman kepada Allah dan rasul-Nya akan mengeluarkan manusia dari permasalahan dan persoalan-persoalan hidupnya. Beriman, sebagaimana Habib al-Najar, berarti memberikan pencerahan bagi sesamanya. Iman sudah seharusnya diwujudkan dalam diri dan dalam berbagai peran kehidupan, oleh siapapun yang mengaku beriman.***

Halaman:

Editor: Y. Dody Luber Anton


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x