Ternyata Masuk Surga Lebih Gambang daripada Neraka, Ini Penjelasan Gus Baha

- 31 Maret 2024, 18:39 WIB
Ulama Ahli Tafsir Alquran sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA Rembang KH. Ahmad Bahauddin Nur Salim (Gus Baha) (Tangkap Layar Ig@kajian.gusbaha)
Ulama Ahli Tafsir Alquran sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA Rembang KH. Ahmad Bahauddin Nur Salim (Gus Baha) (Tangkap Layar [email protected]) /

Ia juga menjelaskan bahwa Allah itu mengikuti prasangka hamba-Nya. Dan malaikat juga pasti punya nalar. “Ketika kita membawa kunci surga, pasti ditunjukkan alamat surga, bawanya saja kunci surga. Makanya masuk surga itu gampang asal kita pegang kuncinya,” paparnya.

Baca Juga: Apabila Mengalaminya Maka Bersyukurlah, Ini Tiga Ujian dari Allah menurut Ustaz Adi Hidayat

Ciri orang yang akan masuk surga itu dia selalu ridha dengan Tuhan. Ketika ada perintah salat, dia akan senang. Ada perintah sedekah dia (mukmin) juga senang. Kepada para ulama mereka senang. Kalau pun belum terlalu saleh, tapi dia akan senang dengan orang-orang saleh.

“Pokoknya adanya kita jadi orang mukmin itu senang. Saya sudah ridha gusti, sudah senang engkau jadi Tuhan. Surga itu tempatnya senang,” tuturnya.

Sementara neraka itu adalah bukti kalau Allah murka kepada manusia. Karena itu, seorang mukmin harusnya menjauh dari neraka. Gus Baha meyakini asalkan seorang itu benar-benar mukmin akan masuk surga. Justru aneh kalau mukmin masuk neraka.

Neraka, kata Gus Baha, bagaimana pun adalah makhluk. Makhluk itu wajib sopan terhadap penciptanya, Allah SWT. Mestinya, neraka tidak akan berani membakar kalimat Tauhid dimana setiap muslim mengucapkan dan mengamalkannya.

“Logikanya tidak masuk akal, bagaimana mungkin neraka yang makhluk membakar kalimat Toyyibah. Mestinya tidak berani. Makanya sabda Nabi, neraka itu tidak berani makan bekas-bekasnya sujud, normalnya begitu,” ungkapnya.

Namun masalahnya sujud-sujud seorang hamba kadang tidak ikhlas, sehingga kalimat tauhidnya bisa lepas (copot). Itu yang mengakibatkan dia masuk neraka.

“Kalau kamu ngaji ,itu orang diajak menyifati Allah saja. Kalau Allah itu Akbar (Maha Besar) kok malah nyifati neraka. Neraka itu makhluk, pasti dhoif. Neraka itu mesti tunduk sama Allah. Bagaimana mungkin neraka berani melibas kalimat Laa Ilaha Illallah, apalagi jika kalimat itu terpatri di hatimu,” paparnya.

Maka dari itu, orang kalau bakal (tanda-tanda) masuk neraka sebelum meninggal kalimat Laa Ilaha Illallah itu dicabut, imannya di cabut supaya masuk neraka tidak ada hambatan. “Makanya orang terus berorientasi mati husnul khotimah. Dan menutup akhir kalamnya dengan Laa ilaha Illallah,” pungkasnya.***

Halaman:

Editor: Y. Dody Luber Anton


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah