Kematian Massal di KJA Waduk Jatiluhur, Diduga Karena Gas Beracun

- 2 Februari 2021, 20:29 WIB
Ikan mati massal di Waduk Jatiluhur.
Ikan mati massal di Waduk Jatiluhur. /Tangkapan Layar/YouTube Ukir Jejak Official

WARTA SAMBAS - Diduga karena gas beracun yang bergerak ke permukaan akibat tingginya intensitas hujan, sekitar 80,5 ton ikan mati massal di Keramba Jaring Apung (KJA) Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

"Hujan terus menerus selama beberapa hari membuat ikan kekurangan oksigen dan terjadi upwelling," kata Ade Amin, Sekretaris Dinas Perikanan Kabupaten Purwakarta, seperti diberitakan Pikiran-Rakyat.com dalam artikel berjudul "80 Ton Lebih Ikan Mati Mendadak di KJA Waduk Jatiluhur, Diduga Kuat Akibat Gas Beracun dan Hujan", Selasa 2 Februari 2021.

Upwelling (pembalikan massa air) merupakan fenomena air danau yang lebih dingin dan bermassa jenis lebih besar bergerak dari dasar waduk ke permukaan. 

Baca Juga: 5 Karakter Waterspout, Puting Beliung di Waduk Gajah Mungkur

Normalnya, fenomena ini membawa nutrisi yang diperlukan. Namun untuk kasus KJA Waduk Jatiluhur, yang dibawa dari dasar waduk merupakan gas beracun dari sisa-sisa pakan yang telah lama mengendap.

 

 

Ade Amin mengungkapkan, 80,5 ton ikan mati massal di KJA Waduk Jatiluhur itu berdasarkan perhitungan Dinas Perikanan Kabupaten Purwakarta per Minggu 31 Januari 2021.

 

Ia mengungkapkan kematian massal ikan-ikan tersebut kepada Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Dedi Mulyadi yang datang ke lokasi KJA Waduk Jatiluhur di Jawa Barat tersebut.

Baca Juga: Ikan Cupang 'Hipnotis' Pemuda Ini untuk Curi Motor

Mengetahui hal tersebut, Dedi Mulyadi pun meminta pola di KJA Waduk Jatiluhur tersebut mestinya ditata kembali, mengadopsi pola pertanian padi. "Kayak penanaman padi. Semua terkelola, ada garis intruksinya, tidak jalan sendiri-sendiri. Termasuk, pencegahan penyakit," ujarnya.

Pola seperti itu diyakini Dedi akan dapat mengantisipasi kasus kematian ikan mati secara massal itu, yang ternyata terjadi setiap tahun di KJA Waduk Jatiluhur.

Dedi pun berencana menemui Direktur Perum Jasa Tirta 2 serta Menteri Kelautan dan Perikanan RI untuk mendiskusikan permasalahan kematian ikan secara massal di KJA Wajuk Jatiluhur tersebut. 

Terkait penyebab kematian puluhan ton ikan tersebut, Dedi pun sependapat kalau ikan tersebut diduga karena gas beracun dari sisa pakan yang mengendap di dasar waduk. 

Baca Juga: Sultan Sambas Lelang Ikan Cupang Koleksinya untuk Bantu Korban Bencana di Pulau Lemukutan

Pengelola KJA, lanjut Dedi, biasanya tidak memberi pakan saat hujan terus menerus. Alasannya, saat perut ikan penuh dalam kondisi air dingin dengan kandungan oksigen yang sedikit itu berpotensi menyebabkan kematian massal ikan.

Dedi mengatakan, sebenarnya pada Januari, Februari, dan Maret KJA Waduk Jatiluhur itu mesti dikosongkan. Cuma, para petani di sana masih berspekulasi untuk mendapat keuntungan, lantaran harga ikan sedang tinggi.

Alih-alih untung, ikan mereka malah mati, sampai ada beberapa pemilik KJA Waduk Jatiluhur meninggal karena stres atau serangan jantung atas kematian ikan secara massal tersebut.

Baca Juga: Mie Instan Berbumbu Emas 24 Karat, Ini Penampakannya...

Sementara itu, bangkai ikan yang berserakan di permukaan air dibiarkan begitu saja, sehingga bau busuk mulai menyebar. Satuan Polisi Perairan Polres Purwakarta pun mengimbau masyarakat untuk mengantisipasi pencemaran lingkungan tersebut.

"Jadi ikan-ikan yang mati jangan dibuang ke Waduk Jatiluhur karena dikhawatirkan bisa mencemari airnya," kata Kapolres Purwakarta AKBP Ali Wardana melalui Kasatpolair AKP Jajang Sukandar.***(Hilmi Abdul Halim/Pikiran-Rakyat.com)

Editor: Mordiadi

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah