WARTA SAMBAS - Puluhan ribu warga Myanmar terus menerus memadati ruas-ruas jalan di beberapa kota di Myanmar. Demonstrasi kali ini merupakan yang terbesar sejak Revolusi Saffron pada 2007 silam.
Bila pada Revolusi Saffron, mereka menuntut reformasi dan pemeritahan demokratis di Myanmar, kali ini mereka berupaya mempertahankan hal tersebut dengan memrotes kudeta Militer atas pemerintahan sipil.
Massa juga mendesak militer segera membebaskan penasihat negara Aung San Suu Kyi, yang saat ini menyandang status tersangka karena dugaan impor alat komunikasi ilegal.
Seperti diketahui, militer menangkap Aung San Suu Kyi, Presiden Win Myint, dan beberapa politisi senior partai pemenang Pemilihan Umum Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pada Senin 1 Februari 2021 lalu.
Baca Juga: Myanmar Mencekam, Militer 'Culik' Pemimpin Aung San Suu Kyi dan Presiden Win Myint
Setelah penangkapan tersebut, militer menetapkan Myanmar status darurat hingga paling tidak selama satu tahun. Dalihnya, untuk menyelamatkan negara dari perpecahan akibat kecurangan Pemilu.
NLD kemudian menyiarkan pernyataan resmi atas nama Aung San Suu Kyi yang ditulis sebelum ia ditahan. Suu Kyi meminta warga Myanmar memprotes kudeta tersebut.
Dilansir dari ANTARA, Pemerintah Myanmar yang dikuasai Junta Militer mencopot 24 menteri serta deputi dan menunjuk 11 petinggi kementerian yang baru.
Baca Juga: Militer Myanmar Ambil Alih Kekuasaan Selama Satu Tahun, AS Marah Besar