WARTA SAMBAS - Selama pandemi Covid-19 melanda, angka putus sekolah di Kabupaten Kayong Utara, Provinsi Kalimantan Barat meroket.
Meningkatnya angka putus sekolah di Kabupaten Kayong Utara saat Covid-19 disebabkan berbagai alasan, mulai dari keputusan anak untuk bekerja hingga menikah.
Banyaknya anak putus sekolah atau keluar dari satuan pendidikan tersebut, diakui sejumlah Kepala Sekolah (Kepsek) di Kabupaten Kayong Utara.
"Rata-rata putus sekolah karena bekerja dan menikah, tapi kebanyakan bekerja," ungkap Isjuandi, Kepala SMK Negeri 1 Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara, seperti dikutip WARTA SAMBAS dari ANTARA, Kamis 2 September 2021.
Isjuandi mengungkapkan, di SMK Negeri 1 Simpang Hilir, sekolah yang dipimpinnya, setidaknya 19 siswa yang putus sekolah selama pandemi Covid-19 ini. Sebelumnya tidak sebanyak ini.
Ketika siswa tersebut memutuskan untuk berhenti, Isjuandi pun mengundang orangtua yang bersangkutan untuk datang ke SMK Negeri 1 Simpang Hilir.
Selain itu, pihak SMK Negeri 1 Simpang Hilir juga berkunjung ke rumah siswa dimaksud untuk mendapatkan informasi terkait alasan mereka memutuskan untuk berhenti sekolah.
Berdasarkan upaya tersebut, pihak SMK Negeri 1 Simpang Hilir pun mendapati bahwa anak tersebut memutuskan berhenti karena ingin mencari uang atau menikah.
Hal serupa juga terjadi di SMK Negeri 1 Sukadana, tercatat 15 anak yang memutuskan untuk berhenti sekolah.
“Selama masa sekolah secara online ini, pergaulan mereka kurang terkontrol. Sehingga ada beberapa dari mereka yang menikah,” kata Tulus, Kepala SMK Negeri 1 Sukadana.
Sementara anak yang berhenti sekolah karena bekerja, ungkap Tulis, lantaran mereka merasa nyaman memiliki penghasilan sendiri. Mereka jadi malas sekolah.
“Siswa yang dapat kita jangkau, yang tinggal tidak jauh, sudah kami datangi. Alasan mereka bukan karena faktor ekonomi. Namun merasa enak mendapat duit,” pungkas Tulus.***