Aprilia Manganang Terbukti Pria Tulen, Simak Kisah Eks Atlet Timnas Voli Putri Ini

9 Maret 2021, 22:15 WIB
Biodata Aprilia Manganang /Kolase Instagram Aprilia Manganang

WARTA SAMBAS – Aprilia Manganang, eks Atlet Timnas Voli Putri yang kini menjadi Anggota TNI AD dengan pangkat Sersan Dua (Serda) menjadi perbincangan hangat seantero negeri. Lantaran ia terbukti sebagai pria tulen, bukan wanita, bukan pula transgender.

“Serda Aprilia ini punya kelainan pada sistem reproduksinya sejak lahir. Kelainan ini kita ketahui dengan istilah hipospadia," kata Jenderal TNI Andika Perkasa, Kepala Staf TNI AD (KSAD), seperti dikutip WartaSambasRaya.com dari ANTARA, Selasa 9 Maret 2021.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), hiposdapia merupakan cacat lahir pada anak laki-laku, di mana pembukaan uretra (saluran yang membawa urin dari kandung kemih ke luar tubuh) tidak terletak di ujung penis.

Pada anak laki-laki dengan hipospadia, uretra terbentuk secara tidak normal selama pekan ke 8 hingga 14 kehamilan. Kondisinya berbeda-beda pada setiap penderita.

Baca Juga: Amankah Cara Fingering pada Miss V Saat Foreplay? Begini Penjelasan Medis

Pada beberapa kasus, lubang kencing terletak di bawah kepala penis, di batang penis, dan bahkan ada yang di skrotum atau buah zakar.

Anak laki-laki dengan hipospadia terkadang memiliki penis yang melengkung. Akibat letak lubang kencing yang tidak normal, sehingga percikan urinnya pun tidak normal, dan mungkin harus duduk untuk buang air kecil.

Pada beberapa anak laki-laki dengan hipospadia, testis belum sepenuhnya turun ke dalam skrotum. Jika hipospadia tidak ditangani dapat menyebabkan masalah di kemudian hari, seperti kesulitan melakukan hubungan seksual atau kesulitan buang air kecil saat berdiri.

Para peneliti AS memperkirakan ada 1 dari 200 bayi lahir dengan hipospadia, sehingga menjadikannya sebagai salah satu cacat lahir yang paling umum.

Baca Juga: Ribuan Atlet Vaksinasi di Istora Senayan

Penyebab hipospadia pada kebanyakan bayi tidak diketahui. Dalam kebanyakan kasus, dianggap karena kombinasi gen dan faktor lain, seperti lingkungan ibu, atau makanan atau minuman ibu, atau obat-obatan tertentu yang dikonsumsi selama kehamilan.

Dalam beberapa tahun terakhir, peneliti CDC telah melaporkan temuan penting tentang beberapa faktor yang mempengaruhi risiko memiliki bayi laki-laki dengan hipospadia, di antaranya ibu yang berusia 35 tahun atau lebih dan dianggap obesitas memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.

Selain itu, perempuan yang menggunakan teknologi reproduksi untuk membantu kehamilan memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.

Wanita yang mengonsumsi hormon tertentu sebelum atau selama kehamilan juga terbukti memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.

Baca Juga: Pamer Mobil Plat Dinas TNI Palsu, TikToker Cantik Terancam 2 Tahun Penjara

Hipospadia biasanya didiagnosis selama pemeriksaan fisik setelah bayi lahir. Untuk perawatannya,  tergantung pada jenis cacat yang dimiliki anak laki-laki tersebut. Sebagian besar kasus hipospadia memerlukan pembedahan.

Jika diperlukan pembedahan, biasanya dilakukan saat anak laki-laki berusia antara 3 sampai 18 bulan. Dalam beberapa kasus, pembedahan dilakukan secara bertahap.

Tindakan yang dilakukan dalam operasi bisa saja termasuk menempatkan uretra di tempat yang tepat, memperbaiki lekukan di penis, dan memperbaiki kulit di sekitar pembukaan uretra.

Karena dokter mungkin perlu menggunakan kulup untuk melakukan tindakan koreksi, bayi laki-laki dengan hipospadia sebaiknya tidak disunat.

Menurut KSAD Andika Perkasa, pihak keluarga dan tenaga medis yang menangani kelahiran Serda Aprilia Manganang tidak begitu paham dengan jenis kelainan ini.

Baca Juga: TNI AL ‘Ketiban’ Aset Sitaan KPK Senilai Rp55,8 Miliar

Saat itu, Aprilia Manganang dinyatakan sebagai perempuan lantaran alat kelamin yang dia miliki memang sedikit berbeda. Kondisinya baru diketahui setelah menjalani serangkaian pemeriksaan medis di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat pada 3 Februari 2021 lalu.

Setelah hasil rekam medis, diketahui hormon testosteron Aprilia Manganang lebih tinggi. Selain itu, di dalamnya tubuhnya pun tidak ada organ yang mestinya dimiliki perempuan.

Setelah hasil rekam medis keluar dan dijelaskan secara rinci kepada Aprilia Manganang, kemudian Andika menawarkannya untuk menjalani operasi perbaikan (correction surgery) di RSPAD Gatot Subroto.

Aprilia Manganang pun menyetujui saran tersebut. Hingga kini Bintara TNI AD itu masih menjalani sejumlah rangkaian pemeriksaan di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat.

"Jadi saya konsultasi, tawarkan apa yang bisa kami bantu untuk dia. Akhirnya Sersan Manganang rupanya sambut baik. Ini yang ditunggu-tunggu, saya hadirkan tim RSPAD, kemudian lakukan pemeriksaan lengkap dengan menggunakan seluruh fasilitas kesehatan kami," kata Andika.

Sebetulnya, ungkap Andika, kelainan pada sistem reproduksi ini cukup sering terjadi, bahkan menempati peringkat kedua dari jumlah kasus yang biasa terjadi untuk kelahiran bayi laki-laki. "Menurut data, di setiap bayi laki yang lahir ada satu yang alami kelainan. Atau empat orang setiap 1.000 kelahiran bayi laki-laki," jelasnya.

Baca Juga: 1 Prajurit TNI Gugur Ditembak Kelompok Separatis Papua

Ia pun memastikan identitas Serda Aprilia Manganang akan diubah, salah satunya jenis kelamin dan namanya. "Direktur Hukum Angkatan Darat Brigjen TNI Tetty sudah menyiapkan seluruh dokumen-dokumen untuk membantu Sersan Aprilia Manganang mendapatkan apa yang diinginkannya," kata Andika.

Perubahan nama ini, tambah dia, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Kependudukan. Mudah-mudahan, Pengadilan Negeri (PN) Tondano akan memberikan dan menetapkan perubahan nama untuk Aprilia Manganang. "Dari nama sebelumnya, kepada nama yang nanti akan dipilih oleh Sersan Manganang dan orang tuanya," kata Andika.

Aprilia Manganang yang masuk TNI AD sejak 2016 sudah menjadi bintara di komunitas ajudan jenderal. Karena kondisinya sekarang, hal itu dievaluasi dan akan diberitakan tugas yang lebih pas. "Kemungkinan besar kami akan tempatkan di Perbekalan dan Angkutan, atau bahkan di Kesehatan tergantung pada passion-nya Manganang ini lebih besar di mana," kata Andika.

Selain itu, Andika juga memastikan bahwa Aprilia Manganang bukan seorang transgender, bukan pula interseks. “Tidak masuk kategori itu semua. Dan tim dokter pun tahu semua definisinya," kata Andika.

Baca Juga: Pamer Mobil Plat Dinas TNI Palsu, TikToker Cantik Terancam 2 Tahun Penjara

Sementara itu, Aprilia Manganang mengaku sangat bahagia atas status barunya tersebut. “Ini momen yang sangat saya tunggu, bahagia banget, puji Tuhan Yesus saya bisa lewati ini dan saya bersyukur Tuhan pakai Bapak (Andika) dan ibu untuk pertemukan saya," katanya, seperti diberitakan Pikiran-Rakyat.com dalam artikel berjudul “Aprilia Manganang Sebut Menunggu 28 Tahun untuk Tahui Dia Laki-laki”.

Aprilia Manganang mengaku, sejak awal memang sudah menunggu kejelasan dari jenis kelaminnya yang sejak kecil dirasakan ada keanehan. Karena itu, ia mengucapkan terimakasih kepada Tim Dokter dari RSPAD yang telah membantunya.

"Saya terimakasih ke dokter yang sudah bantu saya, saya sangat bahagia, selama 28 tahun saya menunggu keinginan saya dan akhirnya tahun ini tercapai," ucap Aprilia Manganang.***

Editor: Mordiadi

Sumber: Pikiran Rakyat ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler