53 Juta Pengguna Facebook di Myanmar Mati Kutu

4 Februari 2021, 11:40 WIB
Suasana di Myanmar pascakudeta /Twitter.com/@eeq17492467

WARTA SAMBAS - Pascakudeta militer terhadap pemerintahan sipil di bawah pemimpin partai berkuasa Aung San Suu Kyi dan Presiden Win Myint pada Selasa 1 Februari 2021, sekitar 35 juta pengguna Facebook di Myanmar mati kutu. 

Jutaan orang tersebut tidak akan bisa mengakses akunnya, lantaran Kementerian Komunikasi dan Informasi Myanmar memutuskan untuk memblokir Facebook dan media sosial milik Mark Zuckerberg lainnya, seperti Messenger, WhatsApp dan Instagram.

Berdasar surat yang diunggah Kementerian Komunikasi dan Informasi Myanmar, pemblokiran tersebut dilakukan hanya empat hari sejak Kamis 4 Februari 2021. Lantaran Medsos tersebut dijadikan sarana untuk mengganggu stabilitas negara. 

Baca Juga: Myanmar Mencekam, Militer 'Culik' Pemimpin Aung San Suu Kyi dan Presiden Win Myint

"Saat ini orang-orang yang mengganggu stabilitas negara, menyebarkan berita palsu dan informasi yang salah dan menyebabkan kesalahpahaman di antara orang-orang dengan menggunakan Facebook," bunyi surat Kementerian Telekomunikasi Myanmar tersebut, seperti diberitakan Pikiran-Rakyat.com dalam artikel berjudul "Usai Kudeta Militer, Myanmar Langsung Blokir Facebook hingga WhatsApp dengan Alasan Ganggu 'Stabilitas'", Kamis 4 Februari 2021.

 

Grup pemantau jaringan NetBlocks juga mengkonfirmasi MPT telekomunikasi milik negara Myanmar telah memblokir Facebook serta layanan Messenger, Instagram, dan WhatsApp.

Perusahaan telekomunikasi, Telenor Asa dari Norwegia juga mengatakan baru saja memblokir Facebook untuk mematuhi arahan dari Kementerian Komunikasi dan Informasi Myanmar tersebut.

Juru bicara Facebook, Andy Stone mengakui gangguan akses ke layanannya di Myanmar dan mendesak untuk memulihkan kembali.

Baca Juga: Militer Myanmar Ambil Alih Kekuasaan Selama Satu Tahun, AS Marah Besar

“Kami mendesak pihak berwenang untuk memulihkan konektivitas sehingga orang-orang di Myanmar dapat berkomunikasi dengan keluarga dan teman mereka serta mengakses informasi penting,” kata Stone.

Sebelumnya pada Selasa, 2 Februari 2021, militer Myanmar memperingatkan warganya agar tidak memposting rumor di media sosial yang dapat memicu kerusuhan dan menyebabkan ketidakstabilan.

Pekan ini, Facebook mengatakan pihaknya memperlakukan situasi di Myanmar sebagai keadaan darurat dan mengambil tindakan sementara untuk melindungi dari bahaya seperti menghapus konten yang memuji atau mendukung kudeta.***(Julkifli Sinuhaji/Pikiran-Rakyat.com)

Editor: Mordiadi

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler