Kratom Kapuas Hulu Diserang Ulat Daun, 35 Ribu Hektare Gagal Panen

20 Maret 2022, 23:44 WIB
Tanaman kratom (Mitragyna speciosa) di Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) serang hama ulat daun sejak dua bulan terakhir. /Yuniardi/Warta Pontianak

 

WARTA SAMBAS - Tanaman kratom (Mitragyna speciosa) di Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) serang hama ulat daun sejak dua bulan terakhir.

Setidaknya 35 ribu hektare kratom di Kapuas Hulu gagal panen karena serangan ulat daun tersebut.

Para petani kratom di Kapuas Hulu sudah berusaha membasmi ulat daun tersebut dengan pestisida. Tetapi beberapa hari kemudian datang lagi.

"Kerugian kami bisa mencapai ratusan juta rupiah," ungkap Andhio, salah seorang petani kratom di Kecamatan Kalis, Kapuas Hulu, seperti dikutip WARTA SAMBAS dari ANTARA, Minggu 20 Maret 2022.

Baca Juga: Galang Dana untuk Bantu Petani Kratom Korban Banjir Kalbar, Harry Tri Yoga: Mengetuk Hati Pengusaha Besar

Menurut Andhio, dalam kondisi normal para petani kratom bisa panen dua kali dalam satu bulan.

Tetapi kini para petani hanya bisa melihat kratom yang mereka budidayakan dilmakan ulat daun.

Sebenarnya para petani kratom di Kapuas Hulu bisa saja rutin menyemprotkan pestisida untuk membasmi ulat daut itu. Tetapi sengaja mereka abaikan.

"Karena harga kratom sekarang sedang anjlok. Sehingga tidak sebanding dengan biaya penyemprotan pestisida secara rutin," kata Andhio.

Baca Juga: Pengusaha Kratom Sambut Baik Inisiasi DPRD Kalbar, Harry Tri Yoga: Kami Sangat Siap Bantu

Saat ini harga kratom dalam bentuk remahan kering hanya Rpp16 ribu per Kilogram, merosot tajam dibandingkan sebelumnya yang mencapai Rp40 Ribu per Kilogram.

Andhio menjelaskan, 1 Kilogram kratom remahan kering itu merupakan penyusutan dari 4 Kilogram daun mentah.

"Kami harus membayar upah untuk memanen dan menjemurnya. Karena harganya murah, kami putuskan untuk stop dulu sementara," kata Andhi.

Baca Juga: Kratom Ekspor Hingga Ratusan Ton, Affandie: Kalbar Belum Mendapatkan Apa-apa

Terpisah, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kalbar Rudyzar Zaidar Mochtar mengatakan, masalah kratom ini sudah sejak akhir tahun lalu.

Saat itu, sentra-sentra penghasil kratom di Kalbar diterjang bencana banjir. Sehingga gagal panen.

"Kali ini karena diserang hama ulat. Di sisi lain, eksportir terpaksa mengirim melalui pos, karena tidak ada kontainer. Sehingga bianyanya sangat tinggi," ungkap Rudyzar.

Terkait harga yang anjlok, menurut Rudyzar, lantaran persaingan yang tidak sehat antara para pengusaha kratom.

Baca Juga: Pemerintah Bisa ‘Paksa’ Negara Lain untuk Membeli Kratom Kapuas Hulu

Dulu ketika harga kratom menarik, ungkap Rudyzar, semakin banyak orang membuka lahan untuk menanam kratom.

Kondisi tersebut tidak berimbang dengan pertumbuhan permintaan pasar luar negeri.

"Sehingga mendorong perang harga di tingkat hulu hingga eksportir," jelas Rudyzar.

Ia pun mendorong pemerintah untuk melakuka intervensi terkait produksi kratom untuk ekspor ini.

Baca Juga: 'Koperasi Hasil Alam' Ekspor 400 Ton Kratom ke AS, Yoga: Ini Langkah Awal

Untuk melindungi petani dan pelaku usaha kratom di tingkat lokal ini, Rudyzar berharap ada aturannya.

"Harus ada syarat minimum bagi eksportir yang bisa melakukan ekspor, supaya tertib dan teratur," jelas Rudyzar.

Bahkan, Rudyzar mendorong Pemerintah Daerah (Pemda) memberlakukan pajak untuk industri kratom.

"Dengan adanya pajak daerah ini, maka akan meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah)," kata Rudyzar.

Baca Juga: Kadin Kalimantan Barat Resmikan Ekspor 7 Ton Kratom ke India

Selanjutnya petani dan eksportir bisa meminta bantuan dari pemerintah kalau terkena musibah seperti sekarang.

"Itu karena industri kratom ada kontribusi untuk daerah dan negara," kata Rudyzar.

Supaya harga kratom di tingkat petani tidak terjuan bebas, pemerintah harus turun tangan.

Salah satunya dengan verifikasi eksportir, agar produk kratom yang dihasilkan higenis dan petani menjadi sejahtera.

"Dalam hal ini, banyak 'mafia' yang bermain dalam menjatuhkan harga demi keuntungannya. Sementara petani yang dirugikan," ungkap Rudyzar.***

Editor: Mordiadi

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler