AS Kutuk Arogansi Junta Militer Myanmar yang Blokir Internet

4 April 2021, 22:48 WIB
AS Kutuk Arogansi Junta Militer Myanmar yang Blokir Internet /Myanmar Now

WARTA SAMBAS – Amerika Serikat (AS) mengutuk keras arogansi Junta Militer Myanmar yang memblokir internet. Lantaran tindakan tersebut bukan hanya membungkam suara rakyat, tetapi juga memutus akses ke program online, seperti kesehatan dan lainnya.

"Kami berharap mereka tidak akan membungkam suara rakyat," kata Jalina Porter, Juru Bicara (Jubir) Departemen Luar Negeri AS, dikutip WartaSambasRaya.com dari Reuters, Minggu 4 April 2021.

Porter mengatakan, penutupan juga akan berdampak pada orang-orang yang menggunakan internet untuk mendapatkan keuntungan dari program kesehatan online di Myanmar.

Pemblokiran internet tentunya menambah daftar panjang kesalahan Junta Militer kepada rakyat Myanmar, setelah penangkapan dan penahanan terhadap rakyat yang diduga menentang kudeta.

Portal baru Myanmar Now melaporkan, pada Jumat 2 April 2021 bahwa 5 wanita yang berbicara dengan kru berita yang berkunjung di jalan-jalan Yangon minggu ini telah dibawa pergi oleh petugas keamanan.

Baca Juga: Internet Diblokir, Aktris Paing Phyoe Thu Tetap Bisa Menentang Kudeta Militer Myanmar via Facebook

Sementara Kantor Berita Mizzima melaporkan, satu orang ditembak dan terluka dalam serangan di Mandalay, kota kedua Myanmar, pada Jumat malam.

Kudeta juga telah menghidupkan kembali perang lama dengan pasukan etnis minoritas yang mencari otonomi di utara dan timur Myanmar.

Kelompok pemberontak tertua di Myanmar, Persatuan Nasional Karen (KNU) telah menyaksikan serangan udara militer pertama terhadap pasukannya dalam lebih dari 20 tahun sejak KNU mengumumkan dukungannya untuk gerakan pro-demokrasi.

KNU mengungkapkan, lebih dari 12.000 penduduk desa melarikan diri dari rumah mereka karena serangan udara dan menyerukan embargo internasional atas penjualan senjata kepada militer Myanmar.

"Tindakan tidak manusiawi mereka terhadap warga sipil tidak bersenjata telah menyebabkan kematian banyak orang termasuk anak-anak dan pelajar," kata kelompok KNU dalam sebuah pernyataannya.

Media telah melaporkan bahwa sekitar 20 orang tewas dalam serangan udara di wilayah KNU dalam beberapa hari terakhir, termasuk hampir selusin orang tewas di tambang emas yang dikelola kelompok tersebut.

KNU menandatangani gencatan senjata dengan pemerintah pada 2012 untuk mengakhiri pemberontakan mereka selama 60 tahun.

Pertempuran juga berkobar di utara antara tentara dan pemberontak etnis Kachin dan pertempuran tersebut telah menyebabkan beberapa ribu orang mengungsi ke Thailand dan India.***

Editor: Mordiadi

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler