Produksi Sawit Anjlok, Malaysia Bergantung pada TKA Indonesia

23 April 2021, 15:43 WIB
Tandan Buah Segar Kelapa Sawit /Pixabay/CPO/

WARTA SAMBAS - Hasil produksi perkebunan kelapa sawit di Malaysia mengalami penurunan drastis, hal tersebut menyebabkan kerugian yang sangat besar di sektor perkebunan negeri Jiran.

Penurunan produksi ini karena kurangnya tenaga kerja yang dihadapi oleh perkebunan kelapa sawit Malaysia dan menyebabkan hasil tandan buah segar (TBS) nasional menurun lebih jauh tahun ini, kata Malaysian Estate Owners Association (MEOA).

Dikutip WartaSambasRaya.com dari MPOC, Malaysia mencatat hasil TBS sebesar 16,73 ton minyak per hektar tahun lalu dibandingkan dengan 17,19 ton pada tahun 2018 dan 17,89 ton pada tahun 2017.

Baca Juga: Update Harga TBS Sawit Sumatera Utara Periode 23–27 April 2021, Sawit Umur 10 - 20 tahun naik Rp39,55/Kg

Indikator menuliskan, penghasilan TBS di Malaysia mencapai puncaknya pada tahun 2017 sebelum tren menurun saat ini karena pandemi Covid-19.

“Kita harus mencapai 25 sampai 26 ton/ha dengan bahan tanam yang kita punya. Melihat hasilnya, jelas ada yang salah, ”kata Jeffrey Ong, mantan presiden MEOA.

Masalah yang sedang dihadapi perkebunan sawit Malaysia adalah buahnya tidak dipanen, karena perkebunan kelapa sawit sangat bergantung pada pekerja asing, terutama tenaga kerja asal Indonesia.

Sejak dimulainya pandemi Covid-19, banyak tenaga kerja asal Indonesia yang kembali pulang dan lebih memilih mencari pekerjaan di dalam negeri.

Perkebunan kelapa sawit Malaysia kini sedang berjuang dengan kekurangan tenaga kerja karena pembekuan berkepanjangan pada perekrutan oleh pemerintah karena Covid-19, sementara penduduk setempat menghindari bekerja di perkebunan.

“Kekurangan tenaga kerja sangat akut sekarang dan berdampak besar pada petani kecil dan bahkan petani besar, yang tidak bisa menikmati harga CPO yang sedang bagus sekarang. Benar-benar pemborosan," kata Datuk Nageeb Wahab, presiden Asosiasi Minyak Sawit Malaysia.

Baca Juga: 21 Jutaan Data Ganda Dihapus dari DTKS Kemensos, Segera Cek NIK KTP Kamu di Link cekbansos.kemensos.go.id

Ong mengatakan sebagian besar perkebunan di negara ini tidak hanya menghadapi kekurangan pemanen, mereka juga tidak memiliki cukup pekerja umum untuk memberi pupuk, membersihkan pertumbuhan rumput liar dan menghilangkan pelepah yang membusuk dari pohon.

Jeffrey Ong juga mengatakan, menunjuk pada survei pra-MCO yang dilakukan oleh Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) dan menunjukkan bahwa Malaysia kekurangan 31.021 pemanen yang mencakup 76 persen industri.

Menurut Kementerian Pertanian Malaysia, berdasarkan perkiraan konservatif produktivitas per pemanen sebesar 1,5 ton TBS per hari pada 280 hari kerja setahun, kehilangan panen mencapai 17,143 juta ton per tahun atau hampir 20 persen kehilangan hasil.

Ini berarti hilangnya produksi 3,429 juta ton minyak sawit mentah (CPO) dan 857.000 ton inti sawit per tahun di negeri Jiran.

Produksi CPO Malaysia turun 3,76 persen menjadi 19,1 juta ton pada 2020 dari 19,86 juta ton pada 2019. Produksi diharapkan pada 19,5 juta menjadi 19,6 juta ton tahun ini.

Baca Juga: Stimulus Listrik Diberikan di Periode Bulan April –Juni 2021

Mengenai perekrutan penduduk lokal, Ong menyesalkan keberhasilan sistem pendidikan negara telah mengakibatkan resistensi kaum muda untuk bekerja di perkebunan sebagai pemanen atau pekerja umum.

Logikanya, pekerja lokal lebih suka mengambil pekerjaan pabrik yang lebih nyaman, tetapi pekerjaan ini masih diisi oleh pekerja asing dan bukan penduduk lokal.

Sementara itu, orang-orang di kampung melihat pekerjaan perkebunan sebagai tambahan penghasilan dari tanah mereka sendiri. “Sangat sedikit yang bekerja di perkebunan kelapa sawit penuh waktu. Banyak yang umumnya bekerja untuk uang saku,” ujar Ong.

Seruan untuk menjalankan fungsi mekanis di perkebunan kelapa sawit telah diperhatikan oleh perusahaan besar tetapi memanen TBS masih padat karya, membutuhkan keahlian khusus.

Baca Juga: Dana BLT PIP Cair, Ini Kategori yang Berhak Dapat Bantuan

“Pandemi telah membuka mata industri dan menunjukkan betapa bergantungnya pada pekerja asing. Ada kebutuhan mendesak untuk otomatisasi dan mekanik. Kami banyak mekanik, tapi memanen TBS masih membutuhkan tenaga kerja manual," kata Nageeb.***

Editor: Yuniardi

Sumber: MPOC

Tags

Terkini

Terpopuler