23 Lansia di Norwegia Tewas Usai Disuntik Vaksin Covid-19 Pfzier

- 16 Januari 2021, 16:00 WIB
Ilustrasi vaksin Covid-19
Ilustrasi vaksin Covid-19 /Instagram.com/@kemenkes_ri

WARTA SAMBAS – Vaksinasi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) mulai dilakukan beberapa negara di dunia. Tetapi masalah muncul di Norwegia. Pasalnya, 23 Lanjut Usia (Lansia) dikabarkan tewas usai disuntik vaksin Pfzier yang juga dipesan pemerintah Indonesia.

Kendati sudah dipesan, Vaksin Pfzier tersebut belum tiba di Indonesia. Vaksinasi nasional yang dimulai Rabu lalu, ditandai penyuntikannya ke Presiden Jokowi, menggunakan Vaksin Sinovac asal China.

Namun Norwegia sudah lebih dulu menggunakan Vaksin Pfzier tersebut. Begitu muncul kabar tentang tewasnya 23 Lansia diduga karena efek samping vaksin tersebut, Pakar China pun meminta penggunaan Ffzier ditangguhkan.

Baca Juga: Pemilik KTP Ini Mungkin Ninja dari Konohagure, Seperti Naruto Uzumaki

Sebagaimana diberitakan Pikiranrakyat-Bekasi.com dalam artikel berjudul “Pakar Medis China Minta Vaksin Pfzier Ditangguhkan Usai Puluhan Warga di Norwegia Tewas”, Sabtu 16 Januari 2021, menurut Ahli Imunologi China, vaksin mRNA baru dikembangkan dengan tergesa-gesa.

Vaksin tersebut juga tidak pernah digunakan dalam skala besar untuk pencegahan penyakit menular, dan keamanannya belum dikonfirmasi untuk penggunaan skala besar pada manusia.

Selanjutnya, pakar kesehatan China mengatakan, insiden kematian harus dinilai dengan hati-hati untuk memahami apakah kematian itu disebabkan vaksin atau kondisi lain yang sudah ada sebelumnya dari orang-orang ini.

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Bikin Badak Galau Setengah Mati

Ahli Virologi dari Universitas Wuhan, Yang Zhanqiu mengatakan kepada Global Times, pada Jumat kemarin bahwa insiden kematian tersebut, jika terbukti disebabkan oleh vaksin, menunjukkan bahwa efek vaksin Pfizer dan vaksin mRNA lainnya tidak sebaik seperti yang diharapkan.

Vaksin mRNA mendorong sel manusia untuk membuat protein untuk memicu respons imun, kemudian respons kekebalan dapat melindungi orang agar tidak terinfeksi jika virus yang sebenarnya masuk ke dalam tubuh.

Sementara itu, lanjut Yang, zat beracun dapat berkembang selama proses vaksinasi mRNA. Sehingga keamanan vaksin tidak dapat dijamin sepenuhnya.

Baca Juga: Punya Kartu Tani? Buruan Beli Pupuk Subsidi di Kios-kios Resmi!!!

Hingga Kamis lalu, Norwegia melaporkan 23 kematian sehubungan dengan vaksinasi Covid-19. "Sejauh ini, 13 di antaranya telah ditinjau. Efek samping yang umum mungkin telah menyebabkan penyakit parah pada orangtua yang lemah," demikian penjelasan Badan Obat-obatan Norwegia di situs resminya.

Berdasarkan laporan dari media Norwegia NRK, semua kematian terjadi pada pasien Lansia yang lemah di Panti Jompo, berusia di atas 80 tahun dan beberapa di antaranya berusia di atas 90 tahun.

Sementara itu dalam kasus terpisah, seorang dokter di Florida, AS dikabarkan meninggal dunia karena kelainan darah yang dinilai parah pada 16 hari setelah menerima suntikan vaksin Pfizer.

Baca Juga: Hari Kedepalan, Tim Penyelam Polri Temukan 44 Kantong Bagian Jasad-Puing Pesawat Sriwijaya

Namun, hingga saat ini pihak Pfizer belum buka suara terkait peristiwa meninggalnya puluhan orang di Norwegia dan belasan orang di Florida AS akibat dugaan efek samping dari vaksin Covid-19 Pfizer.

Sebelumnya, dikabarkan bahwa sejumlah negara justru mengkritik vaksin Covid-19 produksi perusahaan farmasi asal China, Sinovac lantaran kurang efektif memerangi Covid-19.

Namun, saat ini kondisinya menjadi terbalik. China meminta agar vaksin Pfzier ditangguhkan lantaran kabar kematian yang diduga setelah menjalankan vaksinasi Covid-19.

Baca Juga: 3 Manfaat Vaksin Covid-19, Yuk Disimak Biar Nggak Gagal Paham

Selain itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga belum memberikan tanggapan terkait peristiwa yang diduga akibat vaksinasi Pfzier tersebut.

Sementara Indonesia, seperti diketahui telah mengonfirmasi pemesanan 329,5 juta vial vaksin Covid-19 dari berbagai produsen, yakni:

  1. Perusahaan farmasi China Sinovac 125,5 juta vial
  2. Pabrikan vaksin Amerika Serikat-Kanada Novavax 50 juta vial
  3. Kerja sama multilateral WHO dan Aliansi Vaksin Dunia (Covax-GAVI) 50 juta vial
  4. Pabrikan Inggris AstraZeneca 50 juta vial; dan
  5. Perusahaan farmasi gabungan Jerman dan Amerika Serikat Pfizer BioNTech 50 juta vial.***(Rinrin Rindawati/Pikiranrakyat-Bekasi.com)

Editor: Mordiadi

Sumber: Pikiran Rakyat Bekasi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x