Isu Kudeta Partai Demokrat, Christ Wamea 'Tembak' Terduga dengan KTA dan Bansos

3 Februari 2021, 14:18 WIB
Tokoh Papua, Christ Wamea. /Twitter/@PutraWadapi

WARTA SAMBAS - Christ Wamea, Tokoh Papua tidak tinggal diam menyaksikan isu kudeta Partai Demokrat. Melalui akun Twitter-nya @PutraWadapi 'menembak' keras terduga pelaku. Tetapi ia tidak menyebutkan namanya secara gamblang. 

"Tidak punya KTA tapi ngotot mau curi partai,” cuit Christ Wamea, seperti diberitakan Pikiranrakyat-Depok.com dalam artikel berjudul "Singgung Keanggotan Moeldoko di Demokrat, Christ Wamea: Habis Maling Bansos, Mau Maling Partai", Rabu 3 Februari 2021.

KTA yang dimaksudkan Christ Wamea tersebut tentu saja 'Kartu Tanda Anggota', bukti keanggotaan yang biasa digunakan organisasi, lembaga, termasuk Partai Politik (Parpol).

Baca Juga: AHY Tangkap Sinyal Kudeta Demokrat, Moeldoko: Jangan Mudah Baperan

Christ Wamea tidak menyebutkan siapa yang tidak mempunyai KTA tetapi ngoto mencuri atau mengkudeta Partai Demokrat tersebut. Namun, para netizen tentu saja mengarahkannya langsung ke Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko.

Arah 'tembakan' ke Moeldoko tersebut tentunya masuk akal, lantaran belakangan terakhir semakin santer terdengar kalau Mantan Panglima TNI tersebut termasuk 'motor' yang disebut Ketua Umum (Ketum) Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai gerakan pengambilalihan atau kudeta.

Apalagi baru-baru ini Moeldoko juga menanggapi dengan cukup keras terkait isu yang menyebutkan dirinya diduga hendak mengambilalih Demokrat demi kepentingan Pemilu 2024.

Baca Juga: 'Kudeta' Partai Demokrat akan Ditempuh Melalui KLB, 360 Pemegang Suara Diimingi Uang Tunai Rp100 Juta

Moeldoko mengaku pernah menerima tamu, yang karena itu menjadikannya sebagai bahan gunjingan, turut dalam gerakan pengambilalihan Partai Demokrat.

Kendati tidak gamblang, AHY dalam jumpapers mengarah telunjuk seolah-olah ke Moeldoko yang ternyata langsung bereaksi, demikian pula dengan Christ Wamea.

Namun untuk Christ Wamea, malah memunculkan arah tembakan lain, karena dalam lanjutan cuitanya di Twitter menyebut-nyebut korupsi Bantuan Sosial (Bansos). “Habis maling Bansos mau maling partai lagi,” tulisnya.

Baca Juga: Kisruh Partai Demokrat, Saan Mustopa: Siapa? Sebutkan Saja Supaya Tidak Menjadi Spekulasi Liar

Seperti diketahui, dalam kasus Bansos untuk masyarakat terdampak Covid-19 yang kini ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yang menjadi tersangkanya adalah mantan Menteri Sosial (Mensos) Juliari.

Belum diketahui pasti hubungan antara Moeldoko dengan Juliari ini selain keduanya pernah sama-sama di gerbong Pemerintah Joko Widodo (Jokowi).  

Berikut penampakan cuitan Christ Wamea yang terus menjadi perhatian publik Indonesia tersebut. 

Diberitakan sebelumnya, dalam keterangan persnya secara virtual, Ketum Partai Demokrat, AHY mengungkapkan, adanya gerakan yang berupaya mengkudetanya. "Gabungan dari pelaku gerakan ini ada 5 orang," ungkap AHY.

Berikut 5 orang yang dimaksudkannya tersebut:

  1. Kader Partai Demokrat Aktif
  2. Kader Partai Demokrat yang sudah 6 tahun tidak aktif
  3. Mantan kader Partai Demokrat yang sudah 9 tahun diberhentikan dengan tidak hormat karena menjalani hukuman korupsi
  4. Mantan kader Partai Demokrat yang telah keluar 3 tahun lalu, dan
  5. Nonkader Partai Demokrat, seorang pejabat tinggi pemerintahan.

Baca Juga: Kabar Duka AHY 'Disambut' Annisa Pohan dengan Kritikan Pedas ke Pemerintah

AHY mengatakan, kader Partai Demokrat yang melaporkan gerakan tersebut, merasa tidak nyaman, bahkan menolak ketika dihubungi dan diajak untuk melakukan penggantian Ketum Partai Demokrat. Ajakan itu dilakukan melalui telepon dan pertemuan langsung.

"Dalam komunikasi mereka, pengambilalihan posisi Ketua Umum Partai Demokrat akan dijadikan jalan atau kendaraan bagi yang bersangkutan sebagai calon presiden dalam Pemilu 2024 mendatang," jelas AHY.

Pernyataan AHY tersebut langsung ditanggapi KSP Moeldoko. "Jangan dikit-dikit Istana. Dalam hal ini saya mengingatkan. Sekali lagi jangan dikit-dikit Istana dan jangan ganggu Pak Jokowi, karena beliau dalam hal ini tidak tahu sama sekali, tidak tahu apa-apa dalam isu ini. Jadi itu urusan saya. Moeldoko ini, bukan selaku KSP Moeldoko," ujar Moeldoko.

Baca Juga: Jajakan Wanita via Aplikasi MiChat ke Lelaki Hidung Belang, Pelaku Terima Komisi Rp150 Ribu

Peringatan keras itu jelas saja ditujukan Moeldoko ke AHY yang menyebutkan seorang nonkader, pejabat tinggi pemerintahan, termasuk salah satu yang hendak mengkudeta Partai Demokrat. Sehingga meminta konfirmasi dan klarifikasi kepada Presiden Jokowi.

Dalam kesempatan ini, Moelodo juga menjelaskan, kejadian yang kemungkinan menyebabkan munculnya isu upaya kudeta Partai Demokrat yang mengarah kepada dirinya.

Sebagai seorang Mantan Panglima TNI, Moeldoko mengaku siap menerima siapapun yang akan bertamu. "Kepada siapapun, apalagi di rumah ini. Terbuka 24 jam dengan siapapun. Mereka datang berbondong-bondong, ya kita terima," ucap Moeldoko menjelaskan.

Baca Juga: Kecolongan...Diusung Partai Demokrat dan PDIP, Warga AS Jadi Bupati Sabu Taijua NTT

Moeldoko tidak menyebutkan siapa saja yang bertamu secara berbondong-bondong tersebut. Namun sangat dimungkinkan, mereka adalah orang-orang yang disebutkan AHY, akan melakukan upaya kudeta Partai Demokrat.

Moeldoko mengaku tidak mengetahui kedatangan tamunya itu dalam rangka apa. "Saya biasa mengawali obrolan dari pertanian, karena saya memang suka pertanian," katanya.

Kemudian tamunya itu Curhat tentang situasi yang mereka hadapi. Tetapi Moeldoko tidak menjelaskan, situasi seperti yang dimaksud. "Ya gua dengerin aja. Berikutnya ya udah dengerin aja. Saya sebenarnya prihatin gitu ya dengan situasi itu, karena saya juga bagian yang mencintai Demokrat," ujar Moeldoko.

Setelah kedatangan tamu-tamunya itu, kata Moeldoko, munculkan isu upaya kudeta Partai Demokrat. "Mungkin dasarnya foto-foto ya. Orang ada dari Indonesia timur, dari mana-mana datang ke sini kan kepingin foto sama gua. Sama saya. Ya saya terima aja, apa susahnya," ujarnya.

Baca Juga: Mie Instan Berbumbu Emas 24 Karat, Ini Penampakannya...

Kesediaannya untuk melayani keinginan tamunya untuk berfoto itu dianggapnya hal yang lumrah. "Itulah menunjukkan seorang jenderal tidak punya batas dengan siapapun. Kalau itu menjadi persoalan yang digunjingkan ya silakan saja. Saya tidak keberatan," kata Moeldoko.

Ia pun memberikan saran, walaupun tidak secara gamblang ditujukannya ke AHY. "Menjadi seorang pemimpin harus kuat, jangan mudah baperan, mudah terombang-ambing dan seterusnya. Kalau anak buahnya nggak boleh pergi ke mana-mana ya diborgol aja kali ya. Begitu," kata Moeldoko.

Selain itu, Moeldoko juga mengkritisi istilah pemaknaan terhadap kudeta. "Kalau ada istilah kudeta, kudeta itu dari dalam, masa kudeta dari luar," tutup Moeldoko.***(Muhammad Faisal Akbar/Pikiranrakyat-Depok.com)

Editor: Mordiadi

Sumber: Pikiran Rakyat Depok

Tags

Terkini

Terpopuler