AS Serang Afghanistan Timur Pakai Pesawat Tanpa Awak, Menarget Kelompok Teroris yang Terafiliasi dengan ISIS

28 Agustus 2021, 11:15 WIB
Sehari setelah bom bunuh diri oleh ISIS di dekat Bandara Kabul yang menewaskan 175 warga sipil dan 13 tentara, Amerika Serikat (AS) melakukan serangan balasan./Foto: Ilustrasi pesawat tanpa awak /Military_Material/Pixabay

WARTA SAMBAS - Sehari setelah bom bunuh diri oleh ISIS di dekat Bandara Kabul yang menewaskan 175 warga sipil dan 13 tentara, Amerika Serikat (AS) melakukan serangan balasan.

AS melakukan serangan udara menggunakan pesawat tanpa berawak di Afghanistan timur pada Jumat 27 Agustus 2021, menyasar ISKP yang terafilisasi dengan ISIS.

"Serangan udara tak berawak terjadi di Provinsi Nangarhar Afghanistan," kata Kapten Bill Urban dari Komando Pusat AS, seperti dikutip WARTA SAMBAS dari Aljazeera, Sabtu 28 Agustus 2021.

Baca Juga: 26 WNI Dievakuasi dari Afghanistan yang Dikuasai Taliban, Retno: Baru saja Tiba dengan Selamat di Jakarta

Indikasi awal, kata Kapten Bill, serangan pesawat tanpa wak tersebut berhasil membunuh targetnya, yaksi kelompok ISKP atau ISIS-K.

“Kami tahu tidak ada korban sipil,” ujar Kapten Bill terkait serangan pertama AS pascabom bunuh diri di dekat Bandar Kabul Afghanistan tersebut.

 

Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden telah bersumpah akan membalas serangan di Kabul yang diklaim oleh ISIS tersebut.

“Kami akan memburumu dan membuatmu membayar (semua ini). Saya akan membela kepentingan kami dan rakyat kami dengan segala tindakan atas perintah saya,” kata Biden.

Kedutaan Besar AS di Kabul telah memperingatkan warga AS untuk menghindari Bandara.

AS mengaku telah mengevakuasi sekitar 4.200 orang dalam 12 jam pada Jumat 27 Agustus 2021 kemarin.

Sejak 14 Agustus 2021 lalu, AS telah mengevakuasi dan memfasilitasi sekitar 109.200 orang untuk meninggal Afghanistan.

Gedung Putih menyebutkan, sejak akhir Juli lalu AS telah merelokasi sekitar 114.800 orang dari Afghanistan.

Sementara Pemerintah Prancis memutuskan untuk menghentikan evakuasinya Jumat malam atas pertimbangan keamanan.

"Dalam keadaan yang sangat sulit, Prancis mengevakuasi hampir 3.000 orang," demikian pernyataan Menteri Pertahanan Florence Parly, diamini Menteri Luar Negeri Jean-Yves Le Drian.

Mereka menyatakan akan bekerja dengan pejabat Taliban untuk memastikan bahwa keberangkatan dari negara itu tidak terhalang setelah 31 Agustus 2021.***

Editor: Mordiadi

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler