WARTA SAMBAS – Perwakilan Muslim Uighur menyurati Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken dan mendesak negeri Paman Sam memaksa China mengakhiri genosida dengan menutup kamp Xinjiang.
Berdasarkan laporan aktivis dan PBB, sekitar 1 juta muslim Uighur ditahan di kamp Xinjiang, wilayah terpencil di barat China. Namun Beijing membantah tuduhan tersebut.
Otoritas China mengatakan, kamp-kamp tersebut merupakan tempat pelatihan kejuruan untuk membantu membasmi ekstremisme dan separatisme Islam yang selama disematkan ke beberapa etnis Uighur.
Komunitas Uighur menyurati Kementerian Luar Negeri AS, lantaran Blinken dan Penasihat Keamanan Nasional Jkae Sullivan dijadwalkan bertemu dengan Diplomat China Yang Jiechi dan Panasihat Negara Wang Yi di Alaska. Pertemuan ini merupakan kali pertama sejak pemerintahan Joe Biden.
Muslim Uighur berharap besar dengan Blinken, tentunya terlepas dari sikapnya selama ini. “Pertama dan terpenting, bahwa China harus segera mengakhiri genosida yang sedang berlangsung dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Turkistan Timur,” kata Blinken, seperti dikutip WartaSambasRaya.com dari Reuters.
Baca Juga: Tekanan China Tak Halangi Taiwan untuk Bantu Paraguay yang Dilanda Krisis Kesehatan
Baca Juga: Pengadilan Jepang Melarang Pernikahan Sejenis, Ini Alasannya…
Turkistan Timur merupakan ejaan lain untuk wilayah Xinjiang yang ditempati etnis Uighur yang mayoritas beragama Islam. Fakta di wilayah tersebut mengejutkan PBB yang sampai harus melakukan penyelidikan.
Tidak seperti yang digambarkan pemerintah AS, Duta Besar China untuk PBB di Jenewa, Chen Xu mengatakan, Xinjiang dan Tibet menikmati kemakmuran dan stabilitas keamanan. “Tidak ada yang lebih absurd untuk menyematkan label 'genosida' pada China , dan upaya ini tidak akan berhasil,” tegasnya.