WARTA SAMBAS – Buruknya kondisi cuaca diduga kuat menjadi penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak di Kepulauan Seribu DKI Jakarta pada Sabtu 9 Januari 2021 sore.
Dugaan tersebut didasarkan pada hasil analisis Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang menyebutkan adanya propagasi konveksi karena westerly burst atau angin baratan kuat.
Analisis LAPAN tersebut, seperti diberitakan Pikiran-Rakyat.com dalam artikel berjudul “LAPAN Keluarkan Analisis Terkait Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182”, Minggu 10 Januari 2021, diunggah di akun Instagram @lapan-ri.
“Analisis dinamika atmosfer menunjukkan sistem konveksi skala meso telah terbentuk di atas Lampung dan Laut Jawa di sekitarnya sejak pukul 11.00 WIB," tulis akun Instagram @lapan-ri.
Sistem ini kemudian pecah dan berpropagasi ke selatan, yang berasosiasi dengan pertumbuhan sistem konveksi skala meso lain di atas Jawa bagian barat selama rentang pukul 13.00 sampai 15.00 WIB.
Baca Juga: Kabar Gempa di Kabupaten Landak Hebohkan Warga, Ini Penjelasan BMKG
LAPAN menyebutkan ada 3 kondisi, yakni:
1. Kondisi Sinoptik
Terdapat vorteks Borneo dan westerly burst (angin baratan kuat) dari Samudra Hindia. Kecepatan burst yaitu 7-8 m/s pada ketinggian 1,5 Kilometer, yang lebih kuat dibandingkan klimatologis angin monsun baratan (~3 m/det).