Ini Waktu Terjadinya Lailatul Qadar Menurut Ibnu Hajar

- 3 Mei 2021, 19:30 WIB
Ilustrasi Lailatul Qadar
Ilustrasi Lailatul Qadar /Pixabay



WARTA SAMBAS - Malam Lailatul Qadar atau malam 1000 bulan, selalu dinanti-nanti umat Islam di bulan ramadan.

Banyak keutamaan yang bisa didapat dari malam tersebut, diantaranya menurut para ulama adalah keberkahan, kemuliaan, lebih baik dari 1000 bulan dan pengampunan dosa.

Selain itu para ulama ada yang berpendapat bahwa malam itu adalah malam yang penuh sesak karena banyaknya malaikat turun ke dunia. Dan malam penetapan takdir. Ada juga pendapat bahwa lailatul qadar dinamakan demikian karena pada malam tersebut turun kitab yang mulia (Al-Qur'an), turun rahmat dan turun malaikat yang mulia.

Baca Juga: Kebutuhan Uang saat Ramadan-Idulfitri Capai 2,7 Triliun Rupiah, BI Kalimantan Barat: Meningkat 80 Persen

Kesimpulannya, semua pendapat ulama mengenai keistimewaan malam laitalul qadar itu berarti menandakan betapa beruntungnya jika seorang muslim mendapati malam tersebut. Karenanya kita pun mesti bertekad untuk mendapatkan malam lailatul qadar.

Lalu kapan waktu pasti malam itu bisa kita raih, dikutip dari NU Online, kita tidak bisa memastikan, kapan persisnya malam itu tiba. Karena Allah swt memang merahasiakannya. Tetapi, kita masih bisa memprediksinya melalui pendapat para ulama yang ada. Seperti pendapat Ibnu Hajar Al-Asqalani (1372-1449 M) yang merupakan salah seorang ulama hadits terkemuka dari madzhab Imam Syafi’i.

Menurut Ibnu Hajar, terkait waktu terjadinya malam Lailatul Qadar, ada banyak sekali pendapat, masing-masing pendapat dengan landasan argumennya. Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menyebutkan ada 45 pendapat soal ketetapan waktu malam Lailatul Qadar.

Baca Juga: 5 Jenis Rekomendasi Takjil yang Bisa Dijual Selama Ramadan

Namun, menurut Ibnu Hajar, dari 45 pendapat itu, yang paling unggul (rajih) adalah pendapat yang mengatakan bahwa malam Lailatul Qadar terjadi pada tanggal ganjil dari 10 malam terakhir bulan Ramadhan. Jatuhnya di malam berbeda pada tiap tahunnya.

Dari tanggal-tanggal ganjil itu, yang paling potensial adalah tanggal 21 dan 23 Ramadhan. Sebagaimana pendapat Imam Syafi’i. Sementara menurut mayoritas ulama adalah malam tanggal 27 Ramadhan. (Fathul Bari, juz 5, hal. 569)

Adapun dalil-dalil yang mendasari argumen Ibnu Hajar tersebut sebagai berikut.

Pendapat yang mengatakan malam Lailatul Qadar pada tanggal ganjil dari 10 malam terakhir bulan Ramadhan. Berikut dalilnya,

Dari Aisyah ra, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: "Carilah lailatul qadar itu dalam malam sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.” (Muttafaq ‘alaih).

Baca Juga: 4 Tips Jaga Kesehatan Gigi dan Mulut di Bulan Puasa Ramadan, Nomor 3 Jangan Salah Kaprah

Dikerucutkan oleh hadits berikut,

Dari Aisyah ra pula, bahwasanya Rasulullah saw bersabda: "Carilah lailatul qadar itu dalam malam ganjil dari sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)

Atas dasar dua hadits di atas, Ibnu Hajar mengunggulkan pendapat yang mengatakan bahwa malam Lailatul Qadar terjadi pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan. Tepatnya pada malam-malam tanggal ganjil.

Berikutnya, pendapat yang mengatakan terjadi pada lama ke-23 bulan Ramdhan. Pendapat ini didukung oleh Imam Syafi’i. Dalam satu hadits dijelaskan, salah seorang sahabat Nabi yang bernama Abdullah bin Unais bertanya perihal malam Lailatul Qadar,

“Wahai Rasulullah, kapankah kami bisa memperoleh malam penuh berkah ini?” Rasulullah menjawab, 'carilah pada malam ini' (malam 23 Ramadhan)”.

Baca Juga: Begini Cara Umat Islam Meriahkan Bulan Puasa Ramadan di China

Selanjutnya, pendapat yang mengatakan terjadi pada malam ke-27 bulan Ramdhan. Ini merupakan pendapat mayoritas ulama. Landasan argumennya berdasarkan atsar Ubay bin Ka’ab berikut;

"Dari Ubay bin Ka’ab: ‘Demi Allah, sungguh aku mengetahui malam (Lailatul Qadar) tersebut. Puncak ilmuku bahwa malam tersebut adalah malam yang Rasulullah saw memerintahkan kami untuk menegakkan salat padanya, yaitu malam ke-27." (HR. Muslim)

Sementara pendapat yang mengatakan tidak menentu, dalam artian berpindah-pindah setiap tahunnya, bukan hanya tanggal 23 atau 27 saja, berdasarkan banyak riwayat. Di mana setiap riwayatnya ada yang mengatakan tanggal 21, 23, 27, dan 29. Terlalu panjang jika penulis sebutkan satu persatu dalilnya.

Baca Juga: Meninggal di Bulan Ramadan Apakah Khusnul Khatimah? Begini Penjelasannya

Lalu, apa hikmah dirahasiakannya malam Lailatul Qadar ini?

Menurut Ibnu Hajar. Dalam Fathul Bari-nya, hikmah dirahasiakannya malam Lailatul Qadar adalah supaya umat Islam bersungguh-sungguh dalam berusaha memperolehnya dengan kesungguhan ibadah. Berbeda jika ditentukan pada tanggal sekian, khawatir kesungguhan ibadahnya hanya malam itu saja.***

Editor: Yuniardi

Sumber: Instagram NU Online @nuonline_id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x