Pelanggaran Kebebasan Beragama Meningkat, China dan Myanmar Pegang Rekor Terburuk

- 21 April 2021, 19:45 WIB
SEORANG muslim perempuan Rohingya menangis sambil memeluk putrinya setelah mereka ditahan oleh tentara Pasukan Keamanan Perbatasan (BSF) saat menyebrang perbatasan India-Bangladesh dari Bangladesh, di desa Raimura pinggiran kota Agartala, India, Selasa 22 Januari 2020.
SEORANG muslim perempuan Rohingya menangis sambil memeluk putrinya setelah mereka ditahan oleh tentara Pasukan Keamanan Perbatasan (BSF) saat menyebrang perbatasan India-Bangladesh dari Bangladesh, di desa Raimura pinggiran kota Agartala, India, Selasa 22 Januari 2020. /* /REUTERS/

WARTA SAMBAS - Pelanggaran kebebasan beragama meningkat dan penganiayaan terjadi di lebih dari 25 negara di seluruh dunia.

Menurut sebuah laporan oleh badan amal di Vatikan, China dan Myanmar yang memiliki rekor terburuk di antara negara-negara lainnya.

Dikutip Warta Sambas dari Reuters, laporan kebebasan beragama di dunia, dari tahun 2019-2020 yang dikeluarkan pada hari Selasa 20 April 2021 mengatakan bahwa, di beberapa negara seperti Nigeria, Turki, dan Pakistan, prasangka terhadap agama minoritas membuat penduduk setempat menyalahkan mereka atas pandemi Covid-19.

Baca Juga: RAMALAN Zodiak Kamis 22 April 2021: Hari Kerja Keras dan Serius bagi Gemini

Laporan setebal 800 halaman itu disiapkan oleh Aid to the Church in Need International (ACN), sebuah badan amal Katolik sedunia yang mempelajari pelanggaran kebebasan semua agama.

Laporan terakhir menempatkan 26 negara dalam kategori "merah" yang menunjukkan adanya penganiayaan, lebih banyak dibandingkan dengan 21 negara pada saat laporan terakhir dua tahun lalu.

Hal tersebut menempatkan 36 negara dalam kategori "oranye" yang menunjukkan banyaknya diskriminasi, dibandingkan dengan 17 dua tahun lalu.

Laporan tersebut menggambarkan diskriminasi yang terjadi seperti, hukum atau aturan berlaku hanya untuk kelompok tertentu, tidak untuk semua orang.

Dan terjadi penganiayaan seperti, ketika ada kebijakan pemerintah untuk menundukkan orang berdasarkan agama.

"Telah terjadi peningkatan yang signifikan dalam keparahan penganiayaan dan penindasan bermotif agama," kata laporan itu.

Laporan tersebut juga menyatakan bahwa Partai Komunis China membuat aparat penindasan yang menyebar di seluruh China dan memiliki teknologi yang canggih.

"Aparat penindasan yang dibangun oleh Partai Komunis China (PKC) dalam beberapa tahun terakhir disetel dengan baik, menyebar, dan canggih secara teknologi," kata laporan itu.

Pelanggaran paling mengerikan terjadi terhadap Muslim Uighur di Xinjiang "di mana kekejaman telah mencapai skala sedemikian rupa sehingga semakin banyak ahli yang menggambarkan mereka melakukan genosida", tulis laporan itu.

Pada bulan Februari 2021, pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden, mendukung tekad pada menit-menit terakhir oleh pemerintahan Trump bahwa China telah melakukan genosida di Xinjiang dan mengatakan Amerika Serikat harus siap untuk menanggapi sikap yang dilakukan China.

Baca Juga: Selain Ibu Hamil, Ini 6 Golongan Menerima Bantuan Sosial PKH

Namun, China mengatakan kompleks yang didirikannya di Xinjiang menyediakan pelatihan kejuruan untuk membantu memberantas ekstremisme dan separatisme Islam.

Kementerian luar negeri China menyebut tuduhan kerja paksa dan pelanggaran hak asasi manusia sebagai rumor dan fitnah yang tidak berdasar.

Laporan ACN mengatakan hierarki Katolik di China terus mengalami pelecehan dan penangkapan meskipun ada kesepakatan penting yang ditandatangani pada 2018 antara Beijing dan Vatikan tentang pengangkatan uskup di China daratan.

Reuters melaporkan tahun lalu bahwa dua biarawati yang bekerja di misi Vatikan di Hong Kong ditangkap ketika mereka pulang ke daratan untuk berkunjung.

China meningkatkan penggunaan pengenalan wajah di sistem smartphone untuk mendeteksi para penyembah berbagai agama.

Di Myanmar, laporan itu mengatakan Muslim Rohingya telah menjadi korban pelanggaran hak asasi manusia paling mengerikan dalam insiden baru-baru ini.

Tahun lalu, Pengadilan Internasional memerintahkan Myanmar untuk mengambil tindakan mendesak untuk melindungi Rohingya dari genosida. Pemerintah membantah tuduhan genosida.

Laporan ACN mengatakan kudeta militer pada 1 Februari, kemungkinan akan memperburuk keadaan bagi semua agama minoritas di Myanmar, di mana sekitar 8 persen penduduknya beragama Kristen.

Menurut laporan, Afrika akan menjadi medan pertempuran berikutnya melawan militan Islam yang berada disana.

Dikabarkan, kelompok militan menyebabkan kekacauan di negara-negara termasuk Mauritania, Mali, Burkina Faso, Niger, Nigeria, Kamerun utara, Chad, Republik Afrika Tengah, Republik Demokratik Kongo, Somalia dan Mozambik.***

Editor: Suryadi

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x