Gencatan Senjata Israel dan Hamas Masih Rapuh

- 22 Mei 2021, 23:19 WIB
Gencatan Senjata Israel dan Hamas Masih Rapuh
Gencatan Senjata Israel dan Hamas Masih Rapuh /Instagram.com/@youth_mjc

WARTA SAMBAS – Setelah didesak dunia internasional dan dimediasi Mesir, Qatar dan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), akhirnya Israel dan Hamas Palestina bersedia untuk gencatan senjata setelah 11 hari berperang.

Gencatan senjata ini tentunya kabar yang sangat menggembirakan, mengingat konflik Israel dengan Hamas ini begitu banyak menyebabkan tewasnya warga sipil, terutama perempuan dan anak.

Kendati demikian, Dosen University College of Appliead Science di Jalur Gaza Palestina, Abeer Z Barakat menilai kesepakatan gencatan senjata Israel dan Hamas tersebut masih sangat rapuh.

“Pada hari pertama pelaksanaan gencatan senjata, pasukan pendudukan Israel kembali menargetkan jemaah di Masjidilaqsa,” kata Abeer yang juga dikenal sebagai aktivis Palestina, seperti dikutip WARTA SAMBAS dari ANTARA, Sabtu 22 Mei 2021.

 

Baca Juga: Gencatan Senjata dengan Israel, Petinggi Hamas: Kami Tetap WaspadaDalam diskusi virtual yang digelar Universitas Islam Indonesia (UII), Abeer mengungkapkan, secara umum warga Palestina tidak lagi memercayai Israel yang sering melanggar perjanjian internasional, tidak mematuhi resolusi PBB atau kesepakatan lainnya.

Menurut Abeer, meskipun gencatan senjata sudah diumumkan, warga Palestina tahu bahwa setiap saat Israel bisa kembali mengebom Jalur Gaza. “Kami sama sekali tidak aman. Kami tidak tahu kapan perang berikutnya akan datang,” ujar dia.

Senada juga disampaikan Direktur Timur Tengah Kementerian Luar Negeri RI Bagus Hendraning Kobarsyih. Ia merujuk pada bentrokan antara aparat Israel dan jemaah Muslim di Masjidilaqsa yang meletus setelah Salat Jumat 21 Mei 2021, hanya hitungan jam sejak gencatan senjata dimulai pukul 02.00 waktu setempat.

Sedikitnya 20 warga Palestina terluka akibat bentrokan yang dipicu demonstrasi untuk mendukung orang-orang Palestina di Jalur Gaza. Pasukan Israel berusaha membubarkan massa dengan menembakkan granat kejut ke arah demonstran.

“Memang masih rapuh gencatan senjata itu, tetapi tetap harus kita sambut sebagai salah satu cara untuk membuka jalan masuk bagi bantuan kemanusiaan,” ujar Bagus.

Pentingnya akses masuk untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan sebelumnya ditegaskan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dalam sesi debat Majelis Umum PBB yang khusus membahas situasi Palestina pada Kamis 20 Mei 2021 lalu.

Pasalnya, serangan Israel di Jalur Gaza telah menewaskan 232 orang, termasuk 65 anak-anak dan 39 perempuan, serta menyebabkan lebih dari 1.900 orang terluka dan sekitar 10.000 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka.

“Bantuan kemanusiaan sangat diperlukan saat ini karena akses air, gas, listrik terputus. Jalan-jalan rusak, sekolah dan rumah sakit hancur --ini jadi satu keprihatinan tersendiri,” tutur Bagus.

Selain menyoroti akses bantuan kemanusiaan, Indonesia juga mendorong Palestina dan Israel untuk kembali ke meja perundingan demi mewujudkan perdamaian yang langgeng.***

Editor: Mordiadi

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x