Presiden Emmanuel Macron Ditampar Seorang Pria saat Blusukan di Prancis selatan

- 9 Juni 2021, 15:24 WIB
Emmanuel Macron Ditampar Seorang Pria saat Blusukan di Prancis selatan
Emmanuel Macron Ditampar Seorang Pria saat Blusukan di Prancis selatan /New York Post

WARTA SAMBAS – Presiden Prancis Emmanuel Macron ditampar seorang pria berkaos saat sedang blusukan di Prancis selatan pada Selasa 8 Juni 2021 waktu setempat.

Tamparan tersebut tepat mendarat di pipi kiri Macron yang mengulurkan tangannya ke kerumunan kecil orang yang berdiri di belakang pagar pembatas, ketika ia menyempatkan diri di sela kunjungan kerjanya ke salah satu perguruan tinggi untuk menghadiri pelatihan profesional industri perhotelan.

Video Macron ditampar seorang pria tersebut beredar luas di Media Sosial (Medsos). Dalam rekaman tersebut juga terdengar pelaku berteriak “A Bas La Macronie” (Ganyang Macron).

Selain itu, pria nekat itu juga meneriakkan "Montjoie Saint Denis", seruan perang tentara Prancis ketika negara fashion tersebut masih menganut sistem monarki.

Baca Juga: Prancis akan Izinkan Penggunaan Algoritma untuK Mendeteksi Website Ekstrimis

Beberapa saat setelah Macron ditampar tersebut, dua pengawalnya langsung menganani pelaku, sementara yang lainnya membawa pergi sang presiden.

Namun beberapa saat setelah, nampak Macron kembali lagi ke barisan kelompok kecil tersebut dan kembali mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

Menurut Wali Kota setempat, Xavier Angeli, saat itu Macron mendesak pengawalnya meninggalkan pria yang menamparnya tersebut.

Namun pria tersebut bersama seorang lain tetap diamankan. Namun hingga kini masih belum dapat dipastikan apa yang menjadi motifnya menampar Presiden Emmanuel Macron tersebut.

Ilmuwan politik yang mempelajari ekstremis Prancis, Fiametta Venner mengatakan, slogan yang teriakkan pelaku tersebut, beberapa tahun terakhir telah dikooptasi kaum royalis dan sayap kanan Prancis.

Macron yang merupakan mantan seorang bankjir investasi dituding lawan politiknya sebagai bagian dari elite di Prancis yang jauh dari perhatian warga biasa.

Untuk membantah tudingan tersebut, terkadang Macron memilih untuk menemui calon pemilihnya secara mendadak. Hal ini seringkali menjadi tantangan tersendiri bagi para pengawalnya.

Pascatamparan tersebut, Macron kepada surat kabar Dauphine Libere mengatakan, apabila tetap orang tetap melakukan kekerasan dan memiliki kebencian, baik dalam ucapan maupun tindakan, dapat mengancam demokrasi di Prancis.

"Jangan biarkan peristiwa kekerasan yang dilakukan individu itu mengambil alih debat publik. Mereka tidak pantas mendapatkannya," kata Macron, seperti dikutip WARTA SAMBAS dari Reuters, Rabu 9 Juni 2021.

Macron mengaku tidak mengkhawatirkan keselamatannya, dan akan berjabat tangan dengan anggota masyarakat. "Saya terus berjalan, dan saya akan terus berjalan. Tidak ada yang akan menghentikan saya," katanya.

Seperti diketahui, ketika menjadi Menteri Ekonomi pada 2016, Macron juga dilempari dengan telur olah anggota Serikat Buruh saya kiri ketika aksi mogok menentang Reformasi Perburuhan.

Macron menggambarkan insiden itu sebagai "setara dengan jalannya" dan mengatakan itu tidak akan mengekang tekadnya.

Dua tahun kemudian, pengunjuk rasa “rompi kuning” anti-pemerintah mencemooh Macron dalam suatu insiden yang menurut sekutu pemerintah, membuat presiden terguncang.***

Editor: Mordiadi

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x