Jenderal Sudirman Terkenal dalam Strategi Melawan Sekutu dan NICA, ketika Palagan Ambarawa

17 Agustus 2021, 03:13 WIB
Jenderal Sudirman Terkenal dalam Strategi Melawan Sekutu dan NICA, ketika Palagan Ambarawa /Jakbarnews

WARTA SAMBAS - Kemampuan strategi perang Jenderal Sudirman sangat terkenal ketika berhasil memukul mundur Sekutu dan NICA di awal Kemerdekaan Republik Indonesia.

Peristiwa Jenderal Sudirman beserta pasukannya mengalahkan Sekutu dan NICA yang memiliki peralatan lengkap tersebut dikenal sebagai Palagan Ambarawa.

Palagan Ambarawa merupakan perlawanan rakyat Indonesia dipimpin Jenderal Sudirman atas Sekutu dan NICA di Ambarawa, selatan Semarang, Jawa Tengah. 

Baca Juga: Link Live Streaming Upacara HUT ke-76 RI di Istana Negara

Sebagaimana dilansir WARTA SAMBAS dari Jurnal Strategi Pertahanan Semesta Universitas Pertahanan, Sudirman awalnya seorang guru. 

Sudirman juga dikenal sebagai muslim yang taat dan aktif sebagai juru dakwah atau dai.

Ketika sudah menjadi Panglima pun, Sudirman masih aktif menggelar pengajian di Gedung Pesantren Kauman Yogyakarta setiap Selasa malam. 

 

Karir militernya dimulai sejak menjadi Anggota Pembela Tanah Air (PETA), kesatuan militer Indonesia yang dibentuk dan dilatih oleh Jepang.

Sudirman mempunyai peran yang sangat penting di PETA, yakni sebagai Daidanco PETA di Kroya.

Setelah Jepang kalah dari Sekutu, rakyat Indonesia termasuk PETA memanfaatkan kesempatan tersebut untuk melawan pasukan negeri matahari terbit itu.

Pendudukan Jepang berakhir dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pada 17 Agustus 1945.

Namun di masa awal kemerdekaan ini, Sekutu yang diboncengi NICA kembali bermaksud menjajah Indonesia kembali. Dimulai dengan menduduki Ambarawa. 

Saat itu, Sudirman masih berpangkat Kolonel dengan jabatan Komandan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) V/Purwokerto.

Ketika Sekutu dan NICA datang dengan peralatan perang yang jauh lebih lengkap dan modern itu, Sudirman pun menunjukkan kecerdasannya dalam mengatur strategi. 

Sudirman langsung membentuk Markas Pusat Koordinasi Pertempuran (MPKP) yang berkedudukan di Magelang.

Pembentukan MPKP tersebut untuk mengatur strategi dalam menghadapi konsentrasi Sekutu dan Nica di Ambarawa.

MPKP memobilitasi kekuatan TKR dan para laskar pejuang termasuk Tentara Pelajar.

Dengan strategi pengepungan dan taktik "Supit Urang", pasukan Sudirman berhasil memukul Sekutu dan NICA dari Ambarawa.

Sudirman beserta pasukannya dan laskar pejuang Indonesia berhasil mendesak mundur Sekutu dan NICA sampai ke Semarang.

Keberhasilan Sudirman tersebut berdampak positif bagi moril pasukan TKR dan para pejuang di daerah-daerah. 

Prestasi inilah yang akhirnya membawa Sudirman terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia.*** 

Editor: Mordiadi

Tags

Terkini

Terpopuler