Rupiah Menguat Jelang Pelantikan Presiden AS Joe Biden yang Mencekam

- 20 Januari 2021, 12:46 WIB
ILUSTRASI kurs rupiah terhadap dolar AS.
ILUSTRASI kurs rupiah terhadap dolar AS. /Foto: ANTARA

WARTA SAMBAS – Di tengah mencekamnya Washington D.C yang disebut ‘Kota Hantu dengan Tentara’ menjelang Pelantikan Persiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, Rabu 20 Januari 2021, nilai tukar mata uang (kurs) Rupiah justru menguat terhadap Dollar AS.

Tercatat, pada pukul 09.51 WIB, Rupiah menguat 20 poin atau 0,14 persen ke posisi Rp14.045 per Dollar AS dari posisi penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.065 per Dollar AS.

Menurut Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures, Ariston, pada hari ini Rupiah masih memungkinkan untuk terus menguat.

Ariston memperkirakan, Rupiah pada hari ini akan bergerak di kisaran Rp14.000 per Dollar AS hingga Rp14.100 per Dollar AS.

Baca Juga: Program Kartu Prakerja Gelombang 12 Tahun 2021 Tidak Diperuntukkan Terhadap 8 Golongan Ini

Pada Selasa 19 Januari 2021, Rupiah ditutup menguat 5 poin atau 0,04 persen ke posisi Rp14.065 per Dollar AS dari penutupan hari sebelumnya Rp14.070 per Dollar AS.

Ariston menilai, Rupiah menguat lantaran sentiment dukungan stimulus fiskal besar AS dari Calon Menteri Keuangan (Menkeu) AS, Janet Yellen.

"Stimulus yang besar ini bisa membantu pemulihan ekonomi AS lebih cepat. Hal ini memicu minat pasar terhadap aset berisiko," kata Ariston, seperti diberitakan Pikiranrakyat-Bekasi.com dalam artikel berjudul “Rupiah Ikut Menguat Jelang Pelantikan Joe Biden, Ternyata Begini Faktanya”, Rabu 20 Januari 2021.

Dalam sidang penetapan Senat pada Selasa, 19 Januari 2021 kemarin, Janet Yellen mendesak anggota parlemen untuk melakukan langkah besar pada paket bantuan virus corona berikutnya.

Baca Juga: Besok Pelantikan Joe Biden, Senjata Api Laris Manis di Amerika Serikat

Hal tersebut, menyusul Presiden terpilih Joe Biden menguraikan proposal stimulus 1,9 triliun Dollar AS pada pekan lalu. Tentunya ini sebagai bagian dari agenda kebijakan domestik yang besar pada pengeluaran pemerintah.

Rencana ini tentu diharapkan dapat memberi dorongan penting bagi ekonomi yang dilanda pandemic Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).

Namun, investor pun mengatakan, stimulus besar-besaran juga dapat memperluas defisit yang sudah besar dan menaikkan imbal hasil obligasi.

Baca Juga: Presiden Baru AS Joe Biden Langsung Beri Angin Segar ke Negara Muslim

Di sis lain juga menurut Ariston, kondisi kenaikan kasus Covid-19 bertambah 10.365 pada Selasa, 19 Januari 2021. Sehingga total kasus positif menjadi 927.380 kasus, pasien sembuh 753.948 orang, dan meninggal 26.590 jiwa.

"Kondisi yang terus menaik ini bisa memicu kebijakan yang lebih ketat terhadap pergerakan aktivitas ekonomi," ingat Ariston.***(Edwin Gusani/Pikiranrakyat-Bekasi.com)

Editor: Mordiadi

Sumber: Pikiran Rakyat Bekasi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x