Tunisia Rusuh Besar-besaran, Pemicunya Hanya Ini…

- 17 Januari 2021, 21:01 WIB
Bendera Tunisia
Bendera Tunisia /www_slon_pics /Pixabay

WARTA SAMBAS – Media Sosial (Mensos) kembali menjadi ‘tonggak’ kejadian besar di dunia. Kali ini, Tunisia dilanda kerusuhan besar-besaran pascaviralnya video seorang polisi berteriak dan mendorong seorang gembala yang dombanya memasuki kantor pemerintah setempat.

Unggahan di Medsos tersebut menjadi salah satu pemicu kemarahan rakyat Tunisia, menyusul kesulitan ekonomi yang mereka alami. Protes pun meletus di beberapa kota, termasuk Ibu Kota Tunis dan kota pesisir Sousse.

Seperti diberitakan Pikiran-Rakyat.com dalam artikel berjudul “Tunisia Dilanda Kerusuhan, Ekonomi Krisis, Penindasan dan Protes Meletus di Berbagai Kota”, Minggu 17 Januari 2021, demonstrasi pada Sabtu malam kemarin, bergejolak di saat Tunisia merayakan ulang tahun ke-10 revolusi atas keberhasilan menggulingkan Presiden Zine El Abidine Ben Ali yang memicu pemberontakan Musim Semi Arab (The Arab Spring Uprisings).

Baca Juga: Dua Hakim MA Perempuan di Afghanistan Tewas Ditembak

Ratusan pengunjuk rasa membangun barikade dan membakar benda-benda sebagai upaya pemblokiran jalan-jalan kota, 130 Kilometer (80 mil) dari Tunis.

Protes tersebut menjadi tantangan bagi pemerintah Hicham Mechichi yang sebelumnya melakukan perombakan kabinet dengan menteri-menteri baru, termasuk kementerian dalam negeri, keadilan dan energi.

Al Jazeera melansir, para saksi di Sousse mengatakan, bahwa pasukan keamanan menembakkan gas air mata untuk membubarkan ratusan pengunjuk rasa yang marah dan memblokir jalan serta membakar ban.

Baca Juga: Tokoh Agama Minta Presiden dan PM Lebanon Berdamai

Sumber keamanan mengatakan, pemuda di Sousse masuk ke toko. Bentrokan terjadi di kota Kalaa Kebira dekat Sousse.

Satu dekade setelah revolusi melawan pengangguran yang meluas, kemiskinan, korupsi, dan ketidakadilan, Tunisia membuat kemajuan yang mulus menuju demokrasi, tetapi situasi perekonomian semakin memburuk dengan layanan publik yang buruk dan negara diambang kebangkrutan.

Protes kekerasan juga terjadi di beberapa bagian ibu kota, termasuk Ettadamen, Mallassin, Fouchana, dan Sijoumi. Ada juga protes malam dan kerusuhan di Kef dan Bizerte.

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Menyebabkan Makin Banyak Anak-anak dan Perempuan Jepang Bunuh Diri

Tidak ada perayaan meriah yang diadakan untuk menandai revolusi di Tunisia. Pemerintah negara Afrika Utara itu memberlakukan penguncian empat hari, terhitung sejak Kamis untuk mengendalikan virus Corona dan melarang aksi demonstrasi untuk hari itu. Beberapa warga mempertanyakan waktu empat hari penguncian.

Revolusi itu tanpa disadari dipicu oleh tindakan putus asa seorang penjual buah berusia 26 tahun, Mohammed Bouazizi yang membakar dirinya pada 17 Desember 2010 sebagai bentuk protes atas penghinaan polisi di Sidi Bouzid, sebuah kota di pedalaman Tunisia yang terabaikan di negara itu.

Kematian Bouazizi menimbulkan ketidakpuasan yang membara dan demonstrasi massa melawan kemiskinan, pengangguran, dan penindasan.***(Mutia Yuantisya/Pikiran-Rakyat.com)

Editor: Mordiadi

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x