Tapering The Fed Tidak Berdampak Signifikan bagi Indonesia, Analis: Investor Cenderung Window Dressing

5 November 2021, 00:19 WIB
Penarikan stimulus yang dilakukan Bank Sentral Amerika Serikat (tapering The Fed) mulai akhir November 2021, tidak akan berdampak signifikan bagi market Indonesia. /Dok. Federalreserve.gov

WARTA SAMBAS - Penarikan stimulus yang dilakukan Bank Sentral AS (tapering The Fed) mulai akhir November 2021, tidak akan berdampak signifikan bagi market Indonesia.

Kalaupun tapering The Fed itu menyebabkan capital outflow di market Indonesia, diperkirakan tidak akan terlalu signifikan. 

Prediksi dampak tapering The Fed ini Head of Investment Information PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Roger MM dan Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina.

Menurut Roger, investor akan lebih mencermati hasil Laporan Keuangan Kuartal III 2021 dan data-data domestik ekonomi Indonesia.

Baca Juga: BNI Akuisisi Bank Umum dengan Modal Inti Rp1-3 Triliun?, untuk Membentuk Bank Digital

Di antaranya, Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur pada Oktober mencapai 57,2 yang merupakan level tertinggi dalam sejarah.

"Akhir tahun atau di Desember nanti kemungkinan investor akan cenderung melakukan window dressing dari Laporan Kuartal III dan ekonomi yang membaik," kata Roger, seperti dikutip WARTA SAMBAS dari ANTARA, Kamis 4 November 2021.

Roger memprediksi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhir tahun masih bisa mencapai level yang telah diperkirakan oleh Mirae Sekuritas sebelumnya yaitu di level 6.880.

Senada juga disampaikan Martha Christina. Menurutnya, efek tapering The Fed relatif minim karena memang sudah diekspektasikan oleh pelaku pasar.

Baca Juga: Mata Uang China Berlaku di Indonesia, Ini Daftar Bank Pelaksana Transaksinya...

Mungkin efek lebih besar bagaimana perubahan suku bunga dari The Fed itu yang sampai meeting kemarin.

"Belum ada indikasinya ke arah sana. Jadi sejauh ini saya rasa dampak tapering tidak akan terlalu banyak," ujar Martha.

Sementara itu, untuk target IHSG di level 6.880, Martha optimis tercapai seiring pembukaan kembali atau reopening ekonomi Indonesia saat ini.

"Biasanya belanja juga digenjot pada Kuartal IV dan kenaikan harga komoditas juga akan memberikan efek bola salju dan menggairahkan ekonomi secara keseluruhan," jelas Martha.

Baca Juga: KPBJ Fiktif Bank Kalbar Cabang Bengkayang, Kejati Tahan Direktur CV Bung Baratak

Seperti diketahui, Kamis dini hari The Fed menyatakan, akan mulai mengurangi stimulus pada November 2021. kemungkinan tidak memerlukan kenaikan suku bunga yang cepat.

Bank Sentral AS itu mengumumkan pemotongan bulanan 15 Miliar Dolar AS menjadi 120 Miliar Dolar AS.

Pemotongan itu dalam pembelian bulanan obligasi pemerintah dan sekuritas yang didukung hipotek.

Tetapi tidak banyak memberi sinyal kapan mungkin bank sentral memulai fase berikutnya dari "normalisasi" kebijakan dengan menaikkan suku bunga.***

Editor: Mordiadi

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler