BNI Akuisisi Bank Umum dengan Modal Inti Rp1-3 Triliun?, untuk Membentuk Bank Digital

- 18 Oktober 2021, 16:09 WIB
BNI dikabarkan akan melakukan akuisisi salah satu Bank Umum untuk membentuk Bank Digital.
BNI dikabarkan akan melakukan akuisisi salah satu Bank Umum untuk membentuk Bank Digital. /Bank BNI

WARTA SAMBAS - Beredar kabar PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI akan melakukan akuisisi salah satu Bank Umum yang memiliki modal inti berkisar Rp1 Triliun sampai Rp3 Triliun.

Selain akuisisi Bank Umum tersebut, BNI juga dikabarkan akan menggandeng perusahaan Financial Technology (Fintech), sehingga diduga mereka akan membentuk Bank Digital.

Kabar BNI akuisisi Bank Umum untuk membentuk Bank Digital tersebut didasarkan para informasi dari salah seorang narasumber di Kantor Kementerian BUMN di Jakarta.

Sumber tersebut mengungkapkan, manajemen BNI siap membidik bank yang masih berada di Bank Umum berdasarkan Kegiatan Usaha atau BUKU 1 dan 2.

Baca Juga: Mata Uang China Berlaku di Indonesia, Ini Daftar Bank Pelaksana Transaksinya...

Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 6/POJK.03/2016, BUKU 1 adalah bank dengan modal inti sampai dengan kurang dari Rp1 Triliun.

Sedangkan BUKU 2 adalah bank dengan modal inti paling sedikit Rp1 triliun sampai dengan kurang dari Rp5 Triliun.

Kemudian terbit Peraturan OJK Nomor 12/POJK.03/2021 yang menyebutkan, pengelompokan bank dari BUKU berubah menjadi Kelompok Bank berdasarkan Modal Inti (KBMI).

Baca Juga: Tersangka KPBJ Fiktif Bank Kalbar Cabang Bengkayang Bertambah Lagi, Total Jadi 17 Orang

Pengelompokan terbaru bank berdasarkan modal inti ini terdiri atas:

- KBMI 1 adalah bank dengan modal inti sampai dengan Rp6 Triliun

- KBMI 2 adalah bank dengan modal inti lebih dari Rp6 Triliun sampai dengan Rp14 Triliun

- KBMI 3 adalah bank dengan modal inti Rp14 Triliun sampai Rp70 Triliun

- KBMI 4 adalah bank dengan modal inti lebih dari Rp70 Triliun.

Baca Juga: KPBJ Fiktif Bank Kalbar Cabang Bengkayang, Kejati Tahan Direktur CV Bung Baratak

Dengan peraturan terbaru tersebut, maka bank umum yang dibidik BNI untuk diakuisisi adalah KBMI 1 atau bank dengan modal inti sampai dengan Rp6 Triliun.

Melalui peraturan tersebut, OJK mendorong bank untuk terus memperkuat permodalannya. Sehingga bank kini diminta memiliki modal inti minimum Rp3 Triliun.

Aturan inilah yang memperkuat dugaan kalau BNI akan melakukan akuisisi Bank Umum yang modal intinya masih di bawah Rp3 Triliun.

Akuisisi itu disebut untuk membangun Bank Digital, lantaran di saat bersamaan BNI juga dikabarkan akan menggandeng perusahaan Fintech.

Baca Juga: Ustaz Yusuf Mansur Sebut BSI Jauh Lebih Mahal dari Bank Konvensional

Kabar ini sebenarnya tidak terlalu mengejutkan, mengingat Direktur Utama BNI Royke Tumilaar sudah memberi sinyal ke arah sana ketika memaparkan kinerja kuartal II beberapa waktu lalu.

“BNI memiliki image digital seiring transformasi digital yang dilakukan, sehingga strategi yang berjalan salah satunya menjadi digital bank,” kata Royke, seperti dikutip WARTA SAMBAS dari ANTARA, Senin 18 Oktober 2021.

Meski belum merinci secara lengkap, Royke mengatakan sudah melakukan kajian dan mempersiapkan kriteria tertentu untuk memuluskan langkah perusahaan menjadi bank digital.

Adapun kriteria penting untuk langkah tersebut, yaitu pemanfaatan teknologi yang cepat dan agile untuk mengembangkan produk dan layanan yang customer centric.

Baca Juga: Bank Julius Baer Sebut Jakarta Masuk 20 Kota Termahal Dunia, Ini Penyokongnya…

Sehingga, dibutuhkan pengkajian dan pertimbangan yang matang sebelum perseroan memutuskan untuk melakukan akuisisi tersebut.

Permodalan BNI saat ini relatif solid dibanding akhir tahun lalu. Rasio kecukupan modalnya hingga Semester I 2021 masih terjaga dengan CAR 18 persen di atas ketentuan minimum 12 persen.

Untuk mengakuisisi suatu bank dengan biaya Rp2 triliun-Rp3 triliun seharusnya bukanlah hal yang harus dikhawatirkan oleh BNI.

Ditambah lagi dengan penguatan modal yang telah dilakukan BNI melalui penerbitan global bond pada tahun ini.

Di sisi lain, kinerja keuangan BNI juga menunjukkan adanya perbaikan, seperti dilihat laporan per Juni 2021 lalu.

Baca Juga: Berikut Daftar Bank yang Salurkan Bansos Sembako dari Pemerintah

Berdasarkan laporan keuangan interm auditan perseroan per Juni 2021, laba bersih BNI naik 12,8 persen year on year (y-o-y) menjadi Rp5,03 Triliun.

Kenaikan laba bersih tersebut didorong oleh kenaikan pendapatan bunga maupun non-bunga lebih dari 15 persen y-o-y.

Total dana murah (CASA) BNI konsolidasian juga meningkat dobel digit hingga 11,5 persen y-o-y, seiring deposito yang menurun 8,7 persen y-o-y.

Tren kenaikan CASA di tengah penurunan deposito membuat biaya dana (Cost of Fund/CoF) yang dikeluarkan BNI menjadi turun 1,2 poin persentase.

Hal inilah yang menyebabkan marjin bunga bersih (net interest margin/NIM) perseroan mampu naik 0,4 poin persentase.

Baca Juga: Ketua MUI Bahas Isi Surat Teroris tentang Mengikuti Nabi dan Riba Bunga Bank

Apabila dilihat dari kualitas asetnya, memang ada peningkatan rasio kredit macet (NPL) hingga Semester I 2021. Namun, rasio Loan at Risk (LaR) BNI turun 2,2 poin persentase.

Dengan adanya pencadangan yang mencukupi dan NPL coverage ratio hingga 215 persen, maka NPL masih cenderung manageable.

Dari sisi aset, penyaluran kredit BNI juga mencatatkan pertumbuhan yang positif. Hingga paruh pertama 2021  tumbuh 4,5 persen y-o-y di tengah pertumbuhan kredit industri perbankan yang cenderung terkontraksi hingga Juni 2021.

Adanya rencana untuk mengakuisisi bank, upaya memperkuat permodalan dengan risiko yang terkalkukasi secara cermat, dan perbaikan kinerja keuangan yang signifikan menjadi katalis positif untuk harga saham BNI.***

Editor: Mordiadi

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah