Permasalahan dalam pengelolaan utang selama ini, kata Bhima, bukan mengenai penambahan jumlahnya, melainkan terkait produktivitas dari utang itu untuk menghasilkan Valuta Asing (Valas) yang lebih besar.
"Apalagi, utangnya diterbitkan dalam bentuk utang luar negeri, maka utang luar negeri harus dibayar dengan dolar dengan Valas," ucap Bhima.
Seharusnya pemerintah, tambah dia, lebih bisa mendorong sektor-sektor penghasil Valas seperti ekspor dan devisa dari tenaga kerja. "Itu yang seharusnya didorong sekarang. Jadi, selama ini, itu yang menjadi masalah," tegasnya.***