Network
WARTA SAMBAS – Menteri Keuangan (Menkeu) RI, Sri Mulyani Indrawati meminta seluruh pihak mewaspadai munculnya gelombang baru Covid-19. Sekarang, pusat penyebarannya (episentrum) mulai bergeser ke negara berkembang dan dunia ketiga.
Sri Mulyani mengingatkan hal tersebut, kondisi pandemi Covid-19 berdampak pada kebijakan proteksi berbagai negara, sehingga sangat berpengaruh terhadap pemulihan ekonomi nasional.
"Semua negara sekarang fokus ke domestik, baik di ekonomi, sosial, dan politik," ungkap Sri Mulyani saat Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi XI DPR RI, seperti dikutip WARTA SAMBAS dari PMJ News, Rabu 2 Juni 2021.
Selain kondisi pandemi Covid-19, menurut Sri Mulyani, pemulihan ekonomi juga dipengaruhi inflasi di Amerika Serikat (AS) 4,2 persen pada April 2021 yang berpotensi menjadi penentu kebijakan moneter di negeri Paman Sam tersebut pada 2022.
Baca Juga: Sri Mulyani: (Tingkat) Konsumsi Tergantung Covid-19
Selain harus mewaspadai hal tersebut, kata Sri Mulyadi, terdapat indikasi perkembangan positif dari perekonomian global. Di antaranya stabilitas pasar keuangan, perdagangan global yang terus membaik, harga komoditas yang terus naik, dan perkembangan vaksinasi global.
Sementara di Indonesia, ekonomi diperkirakan tumbuh di kisaran 5,2 sampai 5,8 persen pada 2022. Hal itu sejalan dengan proyeksi Bank Dunia, IMF, ADB, OECD, dan Consensus Forecast, di kisaran 5,0 sampai dengan 5,8 persen.
Tetapi dengan catatan, seluruh proyeksi pertumbuhan tersebut tergantung pada sejumlah faktor, seperti vaksinasi dan pengendalian Covid-19, pemulihan kepercayaan masyarakat (konsumen), serta pemulihan ekonomi global secara berkelanjutan.
"Jadi subject-to-nya ini yang tidak di dalam kontrol pemerintah. Namun yang controllable bagi pemerintah yaitu vaksinasi dan pengendalian, akan coba untuk ditingkatkan," pungkas Sri Mulyani.***
