Harga Minyak Dunia 110 Dolar AS dan Terus Meroket, Bakal Lebih Parah karena Sanksi atas Migas Rusia

3 Maret 2022, 13:16 WIB
Sejak Rusia menginvasi Ukraina, harga minyak dunia terus meroket. Kini sudah 110 Dolar AS per barel di akhir perdagangan Kamis 3 Maret 2022 pagi WIB. /REUTERS/null/

WARTA SAMBAS - Sejak Rusia menginvasi Ukraina, harga minyak dunia terus meroket. Kini sudah 110 Dolar AS per barel di akhir perdagangan Kamis 3 Maret 2022 pagi WIB.

Parahnya, kendati dengan harga minyak dunia setara Rp1.581.118 per barel itu, pasar masih kekurangan pasokan.

Kemungkinan harga minyak dunia akan lebih tinggi lagi, lantaran AS berencana menjatuhkan sanksi atas Minyak dan Gas (Migas) Rusia.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei mencapai level tertinggi 113,94 Dolar AS per barel selama sesi.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Turun Hingga 6 Persen, Ini Pemicunya…

Sebelum menetap dengan 7,96 Dolar AS atau 7,6 persen menjadi 112,93 Dolar AS per barel.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman April mencapai level tertinggi di 112,51 Dolar AS per barel.

Ditutup 7,19 Dolar AS atau 7,0 persen lebih tinggi pada 110,60 Dolar AS per barel.

Pasar reli hingga penutupan perdagangan volume besar, dengan patokan global minyak mentah Brent mengakhiri hari pada penutupan tertinggi sejak Juni 2014.

Sementara penyelesaian minyak mentah AS adalah yang tertinggi sejak Mei 2011.

Baca Juga: Lockdown Wilayah dan Tekanan Dollar AS Jadi Biangkerok Kenaikan Harga Minyak Dunia

Reli minyak telah dramatis, dengan Brent naik lebih dari 15 persen minggu ini saja, karena Barat menanggapi invasi Moskow dengan berbagai sanksi yang menargetkan transaksi keuangan dan bank, yang dirancang untuk memukul ekonomi Rusia.

Sementara sektor energi tidak secara khusus ditargetkan, sanksi telah menghambat kemampuan ekspor dari Rusia.

Seperti diketahui ekspor minyak Rusia menyumbang sekitar 8 persen dari pasokan global.

Pasokan Rusia mencapai 4 hingga 5 juta barel per hari, lebih banyak daripada negara manapun selain Arab Saudi.

"Sepertinya pasar semakin memperkirakan gangguan pasokan," kata Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates, seperti dikutip WARTA SAMBAS dari ANTARA, Kamis 3 Maret 2022.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik, Ini Faktor Penyebabnya…

Setidaknya, lanjut Lipow, sebagian dari hampir 4 juta barel per hari minyak yang dijual ke AS dan Uni Eropa.

Menurut Analis Goldman Sachs, penghancuran permintaan sekarang mungkin satu-satunya mekanisme penyeimbangan kembali yang memadai.

Bantuan dalam bentuk pasokan lebih banyak tidak mungkin dalam waktu dekat.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (termasuk Rusia) tetap pada rencana jangka panjang, meningkatkan produksi hanya 400.000 barel per hari.

Baca Juga: Sanksi FIFA ke Rusia Terlalu Ringan, Banyak Peserta Kualifikasi Piala Dunia Menolak

Kelompok produsen OPEC+ telah meningkatkan produksi selama beberapa bulan. Tetapi negara-negara anggotanya gagal mencapai target.

Hal inmi memperlebar celah yang hanya dapat diisi dengan menimbun persediaan.

Permintaan di seluruh dunia saat ini secara kasar telah mencapai tingkat pra-pandemi Covid-19.

Ada pasokan yang tidak memadai, menyebabkan negara-negara besar menurunkan persediaan mereka untuk menutupi kekurangan tersebut.

Nilai minyak mentah yang diperdagangkan di seluruh dunia, seperti di Laut Utara dan Timur Tengah, berada pada rekor premium di atas Brent.

Pada saat yang sama, nilai kunci Ural Rusia sedang didiskon pada 18 Dolar AS, lebih rendah dari harga acuan.

Baca Juga: Perang Rusia vs Ukraina, 153 WNI akan Dievakuasi menuju Polandia sampai Rumania

Calon penjual kurang berminat dengan minya Rusia. Sehingga Surgutneftegaz Rusia tidak dapat menjual 880.000 ton minyak Ural dari pelabuhan Rusia.

Hal terjadi karena pembatalan penjualan yang diusulkan lainnya.

Situasi makin buruk karena AS menyebutkan kemungkinan untuk menargetkan Migas Rusia dengan sanksi.

Langkah AS tersebut bisa mendorong harga minyak dunia lebih tinggi.

AS berusaha menghubungkan antara tindakan yang akan merugikan pasar minyak global dengan yang ditujukan ke Rusia.

Pada Rabu (2/3), AS memberlakukan pembatasan ekspor baru pada teknologi penyulingan tertentu, karena ingin merugikan sektor penyulingan mnyak Rusia.

Perdagangan minyak Rusia sudah kacau karena produsen menunda penjualan, importir menolak kapal Rusia.

Baca Juga: Rusia dan Amerika Serikat Makin Tegang, Gara-gara Pintu NATO Tetap Terbuka untuk Ukraina

Pembeli di seluruh dunia mencari minyak mentah di tempat lain karena sanksi Barat dan penarikan oleh perusahaan swasta yang menekan Rusia.

Pedagang Trafigura mengatakan telah membekukan investasinya di Rusia.

Hal itu dilakukannya sehari setelah perusahaan minyak global mengumumkan rencana melepaskan investasi mereka di Rusia, termasuk Exxon Mobil, BP dan Shell.

Sementara itu, persediaan minyak AS terus menurun. Tangki utama Cushing, pusat minyak mentah Oklahoma berada pada level terendah sejak 2018.

Sementara cadangan strategis AS turun ke level terendah hampir 20 tahun.

Pelepasan 60 juta barel minyak yang disepakati oleh negara-negara anggota Badan Energi Internasional gagal meyakinkan pasar dan menstabilkan harga.

Analis RBC Capital Markets Michael Tran mengatakan, permintaan pasar minyak 100 juta barel per hari.

Dengan 60 juta barel berarti hanya memenuhi sedikit dari setengah hari permintaan

"Hampir tidak membuat pasar melewati waktu makan siang," tulis Michael Tran.***

Editor: Mordiadi

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler