Indonesia Belum Gunakan Vaksin Sputnik V Rusia, Pemerintah Masih Tunggu Perkembangannya

- 29 Agustus 2021, 08:22 WIB
Juru bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi memaparkan strategi jangka panjang yang disiapkan pemerintah dalam menghadapi pandemi lewat konferensi pers virtual pada Rabu 18 agustus 2021.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi memaparkan strategi jangka panjang yang disiapkan pemerintah dalam menghadapi pandemi lewat konferensi pers virtual pada Rabu 18 agustus 2021. /Tangkapan layar YouTube/ FMB9ID_ IKP

"Efek samping paling umum yang dirasakan adalah gejala menyerupai flu," kata Penny Kusumastuti Lukito, Kepala BPOM.

Seperti diketahui, Vaksin Sputnik V merupakan vaksin yang dikembangkan The Gamaleya National Center of Epidemiology and Microbiology di Rusia.

Pengembangan Vaksin Sputnik V Rusia menggunakan platform Non-Replicating Viral Vector (Ad26-S dan Ad5-S).

Vaksin Sputnik V Rusia ini didaftarkan PT Pratapa Nirmala. Sebagai pemegang EUA, perusahaan ini bertanggungjawab atas keamanan penggunaannya di Indonesia.

Penny mengungkapkan, penerbitan EUA atas Vaksin Sputnik V Rusia ini dilakukan melalui penilaian bersama Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI).

Penilaian mutu Vaksin Sputnik V Rusia ini mengacu pada pedoman evaluasi mutu aksin yang berlaku secara internasional.

Berdasarkan uji klinik fase 3, jelas Penny, Vaksin Sputnik V Rusia ini memberikan efikasi 91,6 persen dengan confidence interval 85,6-95,2 persen. 

Penny mengatakan, Vaksin Sputnik V Rusia ini hanya untuk warga yang berusia 18 tahun ke atas.

Vaksin Sputnik V Rusia diberikan secara injeksi intramuskular dengan dosis 0,5 mL untuk 2 kali penyuntikan dalam rentang waktu 3 pekan.

Pascapenyuntikan Vaksin Sputnik V Rusia, penerimanya merasakan efek samping yang menyerupai flu.

Halaman:

Editor: Mordiadi

Sumber: PMJ News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah